Sabtu, 20/04/2024 02:15 WIB

Clinton Tak Terbukti Selewengkan Informasi dalam Skandal Email

Clinton menyerahkan sekitar 33.000 email dari server pribadinya pada 2014, dan penyelidikan Departemen Luar Negeri menemukan

Pada 21 Januari 2009, Senator Hillary Clinton, DN.Y., memenangkan konfirmasi Senat yang hampir bulat sebagai menteri luar negeri AS. Dia mengambil sumpah jabatan hari itu juga. File Foto oleh Matthew Cavanaugh / UPI

Washington, Jurnas.com - Penyelidik Departemen Luar Negeri AS terhadap penggunaan server email pribadi Hillary Clinton ketika menjadi menteri luar negeri, tidak menemukan bukti kesalahpahaman dalam menangani informasi rahasia.

Penyelidikan yang dirilis pada Sabtu (19/10) oleh kantor Senator AS Chuck Grassley dari Partai Republik, berusaha mengungkap apakah Clinton membahayakan informasi rahasia dengan menggunakan server email pribadi daripada server pemerintah .

Clinton menyerahkan sekitar 33.000 email dari server pribadinya pada 2014, dan penyelidikan Departemen Luar Negeri menemukan "tidak ada bukti persuasif tentang kesalahan sistemik, informasi yang sengaja disalahgunakan."

Investigasi memang menemukan bahwa penggunaan server pribadi oleh Clinton meningkatkan risiko peretasan.

Kontroversi tersebut menonjol dalam pemilihan presiden 2016, yang yang membuat Clinton kalah dari pesaingnya dari Partai Republik, Donald Trump. Selama kampanye, Trump menyerang Clinton berusaha menyembunyikan sesuatu dengan menggunakan jaringan pribadi.

Dikutip dari Reuters, Direktur FBI James Comey mengumumkan lima bulan sebelum pemilihan November 2016 bahwa tidak ada tuntutan yang akan diajukan terhadap Clinton, tetapi dia menemukan tindakannya "sangat ceroboh."

FBI membuka kembali penyelidikan hanya beberapa hari sebelum pemilihan, setelah beberapa emailnya ditemukan di laptop milik suami seorang ajudan dekat. Clinton menyebut penyelidikan itu merusak kampanyenya.

Investigasi Departemen Luar Negeri menemukan bahwa 38 pegawai saat ini atau mantan pegawai bertanggung jawab atas 91 pelanggaran terpisah terhadap protokol keamanan yang melibatkan server Clinton.

Departemen Luar Negeri AS juga menemukan 497 pelanggaran tambahan yang tidak ada orang yang bertanggung jawab.

"Walaupun ada beberapa contoh informasi rahasia yang dimasukkan secara tidak tepat ke dalam sistem tidak terklasifikasi untuk kepentingan lebih lanjut, pada umumnya, orang-orang yang diwawancarai mengetahui kebijakan keamanan dan melakukan yang terbaik untuk mengimplementasikannya dalam operasi mereka," demikian laporan itu.

KEYWORD :

Hillary Clinton Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :