Sabtu, 20/04/2024 06:12 WIB

Analis: Arab Saudi Ingin Gencatan Senjata di Yaman Karena Kalah

Ansarallah, yang terbukti menjadi salah satu kelompok pertempuran paling efektif di wilayah itu sudah memaksa Riyadh untuk menyadari kegagalan kampanye militernya.

Foto ini diambil pada 8 Februari 2018 menunjukkan tentara Saudi terlihat di Yaman. (Foto: Presstv)

Riyadh, Jurnas.com - Arab Saudi mengatakan, pihaknya memandang gencatan senjata yang diumumkan Houthi Yaman secara positif. Ia mengklaim proposal itu adalah sesuatu yang selalu diharapkan dari pihak kerajaan.

"Gencatan senjata yang diumumkan di Yaman dirasakan secara positif oleh Kerajaan, karena inilah yang selalu dicarinya, dan berharap itu akan diterapkan secara efektif," tulis Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi, Pangeran Khalid bin Salman di akun Twitternya.

Bulan lalu, gerakan Houthi menawarkan untuk menghentikan serangan balasannya terhadap Arab Saudi, dengan satu syarat Negeri Petro Dolar mengakhiri kampanye pembomannya terhadap Yaman.

Tawaran dan sambutan kerajaan terbilang terlambat menyusul operasi darat besar baru-baru ini Yaman dan serangan pesawat tak berawak ke jantung industri minyak Arab Saudi.

Voice of America (VOA) yang didanai pemerintah AS mengatakan, Arab Saudi terkejut dengan serangan dahsyat terhadap fasilitas minyak Aramco bulan lalu.

Dalam sebuah analisis, VOA mengatakan kerajaan menyadari bahwa mereka menghadapi kekalahan di Yaman dan akibatnya berusaha untuk mengakhiri perang.

"Setelah empat tahun berhadapan dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, Houthi dan sekutu Yaman mereka berhasil menahan kekuatan militer tetangga tetangga Teluk Persia yang kaya di Yaman," kata VOA.

Meluncurkan perangnya di Yaman pada bulan Maret 2015, Riyadh berusaha mengembalikkan rezim pro-Saudi berkuasa dan menghancurkan gerakan populer Ansarallah.

Artikel tersebut dijelaskan, bagaimanapun, Ansarallah, yang terbukti menjadi salah satu kelompok pertempuran paling efektif di wilayah itu sudah memaksa Riyadh untuk menyadari kegagalan kampanye militernya.

"Dari sudut pandang Saudi, ada pengakuan bahwa setelah empat setengah tahun, mereka tidak dapat mengebom Houthi untuk tunduk, dan bahwa mungkin harus ada semacam akomodasi," kata analis Teluk Persia, Neil Partrick berbicara kepada VOA.

Akibatnya, perkembangan terakhir tidak hanya memudar peluang kemenangan di mata Riyadh, tetapi, menurut pengamat, kerajaan semakin melihat perang di Yaman sebagai ancaman "lebih besar dari sebelumnya," kata VOA.

"Serangan 14 September Aramco membuat  Arab Saudi terkejut," kata Partrick yang hadir di fasilitas minyak Aramco tak lama setelah operasi tersebut.

Ia mengatakan, media Saudi memohon tindakan kuat dari Barat, bahkan intervensi militer, tetapi sekutu Barat Riyadh menahan diri dari tindakan langsung apa pun. Alih-alih membujuk Arab Saudi untuk negosiasi dengan para pemimpin Houthi.

 

Seorang diplomat yang tidak disebutkan namanya, dikutip Reuters, mengatakan perang akan berakhir secara efektif jika Riyadh setuju untuk menghentikan serangan udara karena Arab Saudi tidak memiliki kemampuan darat yang luas.

Kantor berita itu mengutip apa yang disebut sumber tanpa nama yang mengatakan bahwa serangan udara Saudi di Yaman sudah menurun secara signifikan baru-baru ini.

Sumber senior yang berafiliasi dengan militer Houthi mengatakan kepada Reuters, Riyadh juga membuka komunikasi dengan kepala Dewan Politik Tertinggi Yaman, Mahdi al-Mashat, melalui pihak ketiga. Namun, tidak ada kesepakatan yang dicapai.

Gerakan Houthi telah memperingatkan bahwa mereka akan melanjutkan serangan "yang lebih melumpuhkan" terhadap Arab Saudi jika Riyadh gagal menanggapi tawaran perdamaiannya.

KEYWORD :

Arab Saudi Perang Yaman Gencatan Senjata




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :