Jum'at, 26/04/2024 04:04 WIB

Bagaimana Pola Makan Bijak Demi Menyelamatkan Bumi?

Pola makan yang menghasilkan emisi tinggi, mengancam kapasitas dan daya tahan bumi dalam menyediakan lingkungan yang sehat bagi manusia.

Founder Burgreens sedang demo masak sehat (Foto: Ecka Pramita)

Jakarta, Jurnas.com - Warga dunia saat ini terus berupaya keras untuk mencegah kenaikan suhu yang semakin berbahaya bagi kelestarian lingkungan dan keselamatan bumi.

Cerdas dalam mengonsumsi makanan sehari-hari, bisa menjadi aksi sederhana seorang individu untuk mencegah pemanasan global dan perubahan iklim.

Hal ini diungkap dalam kegiatan unik yang memadukan sesi diskusi tentang perubahan iklim dan demo masak bertema “Produksi dan Konsumsi yang Bertanggungjawab, ala Mediterania” yang diselenggarakan oleh Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, bekerjasama dengan Istituto Italiano di Cultura Jakarta (Pusat Kebudayaan Italia di Jakarta), dan Burgreens. 

Menurut data riset Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), seorang pecinta daging akan menghasilkan 3,3 CO2 per 2.600 kilo kalori dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Co-Founder and Managing Director Burgreens, Helga Angelina mengatakan pola makan seseorang akan menghasilkan jejak karbon yang berbeda-beda. Sedangkan seorang penganut pola makan vegan hanya menghasilkan 1,5 CO2 per jumlah kalori yang sama.

Riset yang sama menunjukkan bahwa intensitas emisi yang dihasilkan dari konsumsi daging adalah 14,1 gram karbon dioksida per kilo kalori, sementara dari konsumsi gandum dan sereal hanya 1,3 gram karbon dioksida per kilo kalori.

“Angka yang dihasilkan sudah memperhitungkan potensi emisi yang dihasilkan dari seluruh kegiatan di rantai pasok jenis makanan tersebut. Mulai dari pemeliharaan sumber pangan hingga menjadi makanan yang siap dikonsumsi di tangan konsumen,” imbuh Helga.

Ia menegaskan bahwa pola makan yang menghasilkan emisi tinggi, mengancam kapasitas dan daya tahan bumi dalam menyediakan lingkungan yang sehat bagi manusia.

Produksi sebuah bahan pangan, contohnya daging sapi ternak, berdampak negatif terhadap kesehatan lingkungan

Konsekuensi dari tingginya permintaan bagi konsumsi daging sapi adalah deforestasi akibat kebutuhan lahan ternak yang luas, pemborosan penggunaan air, tingginya jumlah limbah yang tidak tertangani lagi, hingga perubahan iklim.

"Ini semua terjadi akibat proses produksi dan konsumsi yang kurang bertanggungjawab. Bila jumlah pakan ternak kita berikan kepada manusia, maka kita dapat mencukupi kebutuhan pangan untuk 4 milyar manusia yang makan protein nabati,” urai Helga.

Diskusi ini juga menyentuh kekhawatiran terhadap pengambilan ikan dalam jumlah yang sangat tinggi – lebih dari 2.7 triliun ikan per tahunnya, kerusakan habitat – misalnya terumbu karang, punahnya hewan liar dari lingkungan alam – serta besarnya jumlah sampah plastik yang dihasilkan dari kegiatan memancing atau mengambil ikan.

National Geographic memprediksikan bila kita tidak mengurangi jumlah konsumsi ikan dan mengganti cara memancingnya, kita akan kehilangan semua species ikan pada tahun 2048 nanti.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Pekan Diplomasi Iklim Uni Eropa 2019 yang diselenggarakan secara serempak oleh negara-negara anggota Uni Eropa di seluruh dunia, mulai 23 September-6 Oktober 2019.

KEYWORD :

Pola Makan Perubahan Iklim Makan Bijak




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :