Kamis, 25/04/2024 20:47 WIB

Menlu Iran: Unilateralisme AS Rusak Tatanan Global

Di bawah perjanjian nuklir 2015, Iran berjanji untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan penghapusan sanksi terkait nuklir.

Javad Zarif

Teheran, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengatakan, tindakan unilateralisme terus-menerus Amerika Serikat (AS) sudah menjadi ancaman serius bagi sistem internasional dan negara-negara lain.

"Kami percaya bahwa AS sedang mendorong jenis baru unilateralisme kekerasan, unilateralisme ekstremis, yang menghancurkan semua fondasi tatanan global," kata Zarif kepada kantor berita Xinhua, Jumat (30/8).

Pernyata itu disampaikan setelah ditanya apakah dia setuju dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi bahwa perjanjian nuklir Iran 2015 (JCPOA)  sebenarnya merupakan kontes antara unilateralisme dan multilateralisme.

Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikan Bangsa-Bangsa (DK PBB) AS, Prancis, Inggris, Rusia dan China ditambah Jerman menandatangani JCPOA pada Juli 2015 dan mulai menerapkannya pada 16 Januari 2016.

Di bawah perjanjian nuklir 2015, Iran berjanji untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan penghapusan sanksi terkait nuklir.

Namun, Presiden AS Donald Trump menarik negaranya keluar dari JCPOA pada Mei tahun lalu dan melakukan tekanan maksimum terhadap Republik Islam melalui sanksi yang sudah dicabut di bawah perjanjian.

Menguraikan alasan mengapa AS berpegang teguh pada unilateralisme dan cara terbaik untuk melawannya, Zarif mengatakan, "Multilateralisme adalah langkah terbaik melawan kecenderungan unilateral AS."

Ia juga mengatakan, AS dan khususnya administrasi Trump sangat percaya tindakan paksaan terhadap warga negara biasa sangat ampuh. Tak mengherangkan Iran dan China menyebut tindakan ini secara tepat terorisme ekonomi.

Dia juga bersikeras bahwa dialog dan bekerja untuk kebaikan bersama dan nasib bersama adalah cara terbaik untuk berurusan dengan kecenderungan yang sangat negatif yang dipromosikan oleh Washington.

"Itulah cara kami memandang Belt and Road Initiative (BRI) sebagai program dan sebagai proses untuk menghasilkan konektivitas ekonomi yang lebih besar dan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar serta pembangunan ke negara-negara dalam BRI," kata Zarif.

BRI adalah strategi pembangunan global yang diplopori Presiden China, Xi Jinping dan melibatkan pengembangan infrastruktur dan investasi di 152 negara dan organisasi internasional di seluruh dunia.

Zarif juga mengatakan bahwa BRI penting bagi Iran karena "kami melihat Inisiatif Sabuk dan Jalan sebagai kemungkinan untuk meningkatkan pertumbuhan dan konektivitas dan juga untuk mengatasi beberapa masalah regional, termasuk perdagangan narkoba, kemiskinan."

Dia juga mengatakan bahwa Iran dapat secara sukarela menawarkan koridor Utara-Selatan dan Timur-Baratnya untuk mempromosikan BRI.

KEYWORD :

Mohammad Javad Zarif Xi Jinping Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :