Rabu, 24/04/2024 00:26 WIB

Petani Tambah Investasi Pengairan Alasan Harga Jagung Mahal

Mahalnya harga jagung bukan karena stok dalam negeri menipis.

Seorang tampak mengambil sampel benih jagung (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional, Maxdeyul Sola, mengimabau pemerintah agar tidak terburu-buru membuka keran impor jagung. Pasalnya, mahalnya harga jagung bukan karena stok dalam negeri menipis.

"Nggak perlu impor. Harga masih stabil dan petani masih menanam lagi setelah panen dengan bantuan irigasi pompa dan embung," jelas Sola saat dihubungi Jurnas.com, Kamis (22/8).

Sola menjelaskan, melesatnya harga jagung akhir-akhir ini karena petani menambah biaya investasi untuk pengairan mengingat sedang berlangsung musim kemarau.

"Jadi lebih baik pemerintah memfasilitasi petani, misalnya dalam hal pengadaan pompa atau sumur bor dan lain-lain," kata Maxdeyul.

Sementa itu, Pengamat Ekonomi Politik Pertanian Universitas Trilogi, Muhamad Karim menilai harga jagung lokal lebih bagus dibandingkan harga jagung impor adalah wajar.

Pasalnya, saat ini jagung lokal Indonesia kualitas lebih bagus, kandungan protein lebih banyak, varietasnya banyak, apalagi saat musim kemarau ini, kualitasnya lokal jauh lebih tinggi lagi.

"Pada musim kemarau membuat jagung lokal kualitas jauh lebih bagus, kandungan protein jauh lebih tinggi, lebih segar, tidak ada GMO, tidak kopos kopos dan lebih diminati peternak," jelas Karim.

"Saya pastikan harganya juga bagus, kandungan qizi lebih banyak, lebih fresh dan tetap diminati peternak. Dalam ekonomi, kondisi ini wajar, dimana barang yang berkualitas dan tinggi peminatnya akan diikuti kenaikan harga," tambahnya.

Karim menekankan kondisi harga ini bukan karena stok atau produksi yang tidak mencukupi. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah agar tidak gegabah dalam mengambil kebijakan impor sebab nantinya akan merugikan petani.

Data Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat target produksi jagung hingga akhir 2019 adalah sebanyak 33 juta ton. Angka tersebut naik dari realisasi pada 2018 sebesar 28,92 juta ton dan dipastikan surplus melebihi kebutuhan.

"Artinya dari produksi jagung lokal dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan lainnya. Lagian kalau impor akan rugi karena dalam transaksi dalam kurs asing. Jadi bila akan impor pasti itu kebijakan keliru," ujar Karim.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Harga Jagung Jagung Impor Maxdeyul Sola




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :