Rabu, 24/04/2024 13:00 WIB

Diaspora RI Diminta Jembatani Ilmuwan Lokal ke Luar Negeri

Ghufron mengatakan, pemerintah berharap akademisi dan praktisi Indonesia yang berkiprah di luar negeri ini dapat menjadi jembatan bagi ilmuwan dalam negeri

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti (dua dari kiri) | Foto: Muti/Jurnas

Jakarta, Jurnas.com – Sebanyak 55 diaspora Indonesia akan berpartisipasi dalam Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2019, yang digelar di Jakarta, pada 18-24 Agustus 2019.

Di Jakarta, mereka dijadwalkan bertemu Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, kuliah terbuka (public lecture), hingga melakukan kunjungan ke 69 perguruan tinggi yang tersebar di Indonesia.

Kunjungan tersebut, menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Ali Ghufron Mukti bukan sekadar transfer pengetahuan belaka.

Ghufron mengatakan, pemerintah berharap akademisi dan praktisi Indonesia yang berkiprah di luar negeri ini dapat menjadi jembatan bagi ilmuwan dalam negeri kepada jejaring internasional, guna mengembangkan penelitian.

“Kelemahan kita di sektor sarana dan pra-sarana, terutama laboratorium. Ada tapi belum canggih. Dengan kita undang diaspora, ilmuwan kita bisa memanfaatkan laboratorium tempat diaspora itu berada. Sehingga, kekayaan alam Indonesia bisa dieksplorasi dan bisa menghasilkan inovasi baru,” kata Ghufron kepada awak media dalam konferensi pers, pada Jumat (16/8) di Jakarta.

Tidak hanya itu, Ghufron juga mendorong diaspora Indonesia membuka kanal yang dapat menyambungkan ilmuwan lokal pada lembaga-lembaga pendanaan internasional, guna membiayai penelitian.

Ghufron melanjutkan, upaya ini merupakan langkah penting karena merupakan salah satu terobosan untuk membangun Indonesia jelang bonus demografi 2020-2024, agar Indonesia tidak terjebak pada meledaknya sumber daya manusia.

“Kita undang mereka, apakah tertarik tinggal di sini, atau menjadi jembatan antara ilmuwan Indonesia. Agar bisa melakukan lompatan penguasaan teknologi yang memengaruhi pembangunan Indonesia,” ujar dia.

Senada dengan Ghufron, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cecep Herawan menyebut ilmuwan dalam negeri kerap kali kesulitan menembus level internasional.

Karena itu, diaspora Indonesia diharapkan tidak hanya sebatas berbagai pengetahuan, namun juga membimbing dan mengarahkan ilmuwan lokal dengan jejaring global, guna melakukan penelitian bersama (joint research), dan mengakses lembaga penelitian di luar negeri.

“Cendekiawan (diaspora Indonesia) yang ada nanti sebanyak 55 orang dari 15 negara. Ke depan, kerja sama dengan berbagai institusi di 15 negara ini akan jadi lebih baik. Karena kita sudah punya contact point yang lebih jelas,” terang Cecep.

Untuk diketahui, 55 diaspora Indonesia akan tiba di Jakarta pada 18 Agustus 2019. Malam harinya, mereka akan melakukan makan malam pembuka (opening dinner) bersama Menristekdikti Mohamad Nasir, sekaligus membuat organisasi kecil Diaspora 2019.

Selanjutnya, pada pagi hari 19 Agustus 2019, para diaspora Indonesia akan bertemu dengan Wapres Jusuf Kalla. Setelah itu, mereka akan disebar ke 69 perguruan tinggi sampai 21 Agustus.

Pada 22 Agustus 2019, para diaspora akan hadir dalam acara kuliah terbuka yang dihadiri oleh 700-800 peserta di Jakarta. Sejumlah pejabat negara, rektor, dan akademisi lainnya juga dijadwalkan hadir dalam kegiatan ini.

KEYWORD :

Diaspora Indonesia Ali Ghufron Mukti Kemristekdikti




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :