Jum'at, 19/04/2024 17:14 WIB

Rusia Janji akan Kembangkan Senjata Baru

Moskow akan terus mengembangkan senjata baru, menyusul kematian lima ilmuwan nuklir Rusia dalam ledakan pekan lalu.

sistem rudal pertahanan udara S-400 canggih di lokasi yang dirahasiakan di Rusia. (Foto oleh kantor berita Sputnik)

Moskow, Jurnas.com - Kepala pejabat nuklir Rusia mengatakan, Moskow akan terus mengembangkan senjata baru, menyusul kematian lima ilmuwan nuklir Rusia dalam ledakan pekan lalu.

Direktur Badan nuklir Rusia Rosatom, Alexei Likhachev, mengatakan dalam upacara peringatan lima ilmuwan di Sarov pada Senin (12/8) bahwa mereka adalah kebanggaan negara dan kebanggaan sektor atom.

"Penghargaan terbaik untuk mereka adalah kelanjutan kerja kami pada model senjata baru, yang pasti akan dilakukan hingga akhir," kata Likhachev.

Ledakan yang menewaskan kelima ilmuwan itu terjadi di fasilitas militer Kutub Utara di pantai Laut Putih Kamis lalu.

Spesialis militer AS berspekulasi insiden itu terkait dengan pengujian rudal jelajah "Burevestnik" yang digembar-gemborkan Presiden Rusia, Vladimir Putin awal tahun ini.

Para pejabat Rosatom mengatakan insiden itu terjadi selama pengujian roket.

Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Minggu malam, seorang pejabat di lembaga penelitian ilmuwan di Sarov mengatakan mereka bekerja pada sumber energi termal atau listrik, menggunakan bahan radioaktif, termasuk bahan fisil dan bahan radioisotop.

Namun, pejabat itu, Vyacheslav Solovyev, tidak memberikan rincian secara spesifik. Ia mengatakan pekerjaan seperti itu normal.

"Perkembangan ini sebenarnya juga terjadi di banyak negara. Tahun lalu AS juga menguji reaktor skala kecil. Pusat kami juga terus bekerja ke arah ini, " kata Solovyev, menjelaskan, pekerjaan lembaga melayani tujuan sipil dan militer.

Kepala pusat nuklir, Valentin Kostyukov, juga mengatakan, tes tersebut sudah didahului kerja keras selama satu tahun dan bahwa komisi negara sedang menyelidiki apa yang salah.

"Orang-orang ini adalah elit dari Pusat Nuklir Federal Rusia dan telah diuji di bawah beberapa kondisi yang paling sulit," katanya tentang para ilmuwan yang meninggal.

Sementara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berusaha mengembangkan hubungan baik dengan Putin, setelah perjanjian rudal nuklir bilateral berakhir awal bulan ini.

Dalam sebuah pidato kenegaraan awal tahun ini, Putin mengumumkan tengah pengembangan rudal tak terkalahkan dan akan tak segan-segan mengarahkannya jika Barat berulah.

Setelah ledakan di pusat penelitian Rusia, Trump menulis di Twitter, "Ledakan `Skyfall` Rusia membuat orang khawatir tentang udara di sekitar fasilitas, dan jauh di luar. Tidak bagus! "

Skyfall adalah istilah yang digunakan oleh NATO untuk merujuk pada rudal jelajah bertenaga nuklir Burevestnik.

KEYWORD :

Rusia Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :