Sabtu, 20/04/2024 05:15 WIB

Catat, Tata Kelola Air Kunci Produktivitas Pertanian di Lahan Rawa

Jika tata kelola air bagus, maka upaya pemerintah membangunkan lahan tidur akan semakin mudah dan gampang.

Salah satu contoh pemanfaatan lahan rawa di kalimantan (Foto: Rezki/Kementan)

Kalimantan, Jurnas.com - Pembenahan tata kelola air makro maupun mikro merupakan kunci menunjang produktivitas pertanian di lahan tidur seperti rawa dan lebak.

Demikian kata Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur Pertanian, Dedi Nursyamsi saat membuka Fokus Group Diskusi (FGD) Tata Kelola Infrastruktur Pertanian II di Balai Penelittian Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Selasa (23/7).

"Pembenahan ini harus dimulai dari perbaikan infrastruktur seperti normalisasi saluran primer, sekunder, tersier, kuarter, serta perbaikan pintu air, gorong-gorong, border, dan lain-lain," terang Dedi.

Dengan begitu, kata Dedi, upaya pemerintah dalam membangunkan lahan tidur akan semakin mudah dan gampang. Apalagi Kementerian Pertanian sendiri saat ini sedang progres menjalankan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi).

"Upaya selanjutnya, mengimplementasikan inovasi teknologi pertanian rawa seperti varietas padi Inpara, pemupukan berimbang, pupuk hayati dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)," katanya.

"Yang tak kalah penting juga sebenarnya pemberdayaan petani rawa baik melalui penyuluhan dan demonstration farm dalam menggarap lahan rawa pertanian," sambungnya.

Guru besar Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Budi Indra Setiawan, menjelaskan bahwa secara garis besar tata air makro di lahan rawa nasional ada dua macam. Keduanya masing-masing sistem garpu dan sisrtem sisir.

"Sistem garpu dikembangkan di Kalimantan Selatan, sedangkan sistem sisir dikembangkan di Sumatera Selatan dan Riau," ujar Budi.

Selanjutnya, Budi mengatakan, secara teknis kedua sistem tata air itu merupakan pengembangan dari sistem handil kearifan lokal masyarakat Banjar di lahan rawa. "Kemudian jika sistem ini diterapkan dengan benar, maka air di lahan rawa bisa dikendalikan dengan baik," katanya.

Kepala Balittra, Hendri Sosiawan Cesa mengatakan, daerah yang sudah menerapkan tata air makro dan mikro ini, antara lain di Kabupaten Batola, Kalimantan Selatan. Di sana, lahan yang ada menjadi sentra produksi jeruk dan padi dengan kualitas bagus.

"Petaninya hidup makmur bahkan mereka mampu melaksanaan ibadah haji dan umroh beberapa kali," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Kalimantan Selatan, Syamsir Rahman menyatakan kesiapan pemerintah daerah untuk mendukung suksesnya program serasi secara masif.

"Dukungan kami antara lain berupa penyelesaian survei investigasi desain (SID), pemeliharaan alsintan termasuk eskavator, dan pengadaan bahan bakar minyak," katanya.

Sekedar diketahui, program Serasi sendiri sudah masuk tahap progres panen yang tersebar di beberapa propinsi. Antara lain ada di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan.

Adapun kegiatan utama dari program ini, yaitu memfokuskan garapan lahan pada sawah eksisting.

KEYWORD :

Lahan Rawa Kementerian Pertanian Saluran Air




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :