Sabtu, 04/05/2024 20:05 WIB

Pria Lansia Korea Selatan Bakar Diri di Kedubes Jepang

Bakar diri pria itu terjadi ketika Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono secara terbuka memperingatkan duta besar Korea Selatan Nam Gwan-pyo tentang kompensasi untuk pekerja paksa Korea selama pendudukan Jepang.

Suasana pasca seorang pria lansia yang berasal dari Korea Selatan bakar diri di depan keduataan besar Jepan di Seoul. (Handout/Jongro Fire Station/AFP)(Handout/Jongro Fire Station/AFP]

Seoul, Jurnas.com - Pria lansia berasasl Korea Selatan nekat bakar dir hingga tewas di luar kedutaan besar Jepang di Seoul. Tindakan itu dilakukan di tengah runyamnya uhbugan Tokyo dengan Seoul.

Pria berusia 78 tahun itu bermarga Kim. Ia menyalakan api di dalam mobilnya yang diparkir di depan gedung kedutaan pada Jumat (19/7) pagi. Ia sempat dirawat di rumah sakit Seoul hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Kim berbicara dengan seorang kenalan di telepon saat mengemudi ke Kedutaan Besar Jepang dari rumahnya. Seorang petugas polisi di Kantor Polisi Jongno Seoul mengatakan kepada AFP, Kim bakar diri karena dendam terhadap Jepang.

Dijelaskan lebih jauh, keluarga Kim mengatakan kepada penyelidik bahwa ayah mertuanya telah wajib militer sebagai pekerja paksa saat Semenanjung Korea berada di bawah kekuasaan kolonial Jepang dari tahun 1910-1945.

Tidak ada catatan bunuh diri yang ditemukan, dan polisi mengatakan sudah melakukan penyelidikan untuk menentukan motif yang memotivasi Kim melakukan tindakan tersebut.

Bakar diri pria itu terjadi ketika Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono secara terbuka memperingatkan duta besar Korea Selatan Nam Gwan-pyo tentang kompensasi untuk pekerja paksa Korea selama pendudukan Jepang.

Kono memanggil Nam pada Jumat, sehari setelah melewati tenggat waktu yang ditetapkan Jepang bagi Korea Selatan untuk menerima arbitrase negara ketiga atas perselisihan kerja paksa.

Masalah ini didorong ke panggung utama tahun lalu saat pengadilan Korea Selatan memerintahkan dua perusahaan Jepang - Nippon Steel dan Mitsubishi Heavy Industries - untuk membayar kompensasi kepada warga Korea yang dipaksa bekerja untuk mereka.

Jepang mengatakan seluruh masalah kompensasi diselesaikan berdasarkan perjanjian 1965.

Kono mengatakan Korea Selatan harus "segera mengambil tindakan korektif" atas putusan pengadilan.

"Apa yang dilakukan pemerintah Korea Selatan sekarang setara dengan merongrong tatanan internasional pasca-Perang Dunia II," katanya.

Ia menambahkan, sangat kasar Seoul menyarankan perusahaan-perusahaan Jepang dan Korea Selatan secara sukarela membentuk dana kompensasi bersama untuk korban kerja paksa.

Dalam komentar Kono, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menegaskan, Tokyo harus melakukan upaya untuk menyembuhkan rasa sakit dan luka dari korban Korea agar perselisihan tersebut benar-benar diselesaikan.

Perselisihan tampaknya telah meluas ke Jepang dan perdagangan Korea Selatan dalam bahan hi-tech yang digunakan untuk membuat chip memori dan layar.

Awal bulan ini, Tokyo mengumumkan pembatasan ekspor beberapa bahan kimia ke raksasa pembuat chip Seoul, dalam sebuah langkah yang oleh pejabat Korea Selatan digambarkan sebagai pembalasan atas keputusan kompensasi.

Jepang menyangkal hal itu, alih-alih mengutip "manajemen yang tidak memadai" dari barang-barang sensitif yang diekspor ke Korea Selatan.

Seoul telah mengancam akan membawa masalah ini ke Organisasi Perdagangan Dunia dan juga mendesak Washington untuk campur tangan.

KEYWORD :

Bunuh Diri Kerja Paksa Korea Selatan Jepang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :