Jum'at, 19/04/2024 18:46 WIB

Pemimpin Baru Inggris Dituntut Tentukan Nasib Huawei

AS memperingatkan negara sekutunya agar menolak teknologi Huawei karena adanya kekhawatiran spionase dari Beijing.

Raksasa teknologi China, Huawei. (Foto: Stephen Shaver / UPI)

London, Jurnas.com - Perdana Menteri Inggris terpilih dituntut mengambil keputusan cepat, apakah akan memasukkan jaringan 5G Huawei ke negara tersebut, atau mendepaknya seperti yang dilakukan Amerika Serikat (AS).

Pada April lalu, Dewan Keamanan Nasional Inggris yang diketuai oleh Perdana Menteri Theresa May, sudah bertemu untuk membahas Huawei. Keputusannya ialah, raksasa telekomunikasi asal China itu diberikan akses terbatas.

Namun di sisi lain, AS memperingatkan negara sekutunya agar menolak teknologi Huawei karena adanya kekhawatiran spionase dari Beijing.

Keputusan akhir mengenai Huawei seharusnya sudah diambil oleh London, namun ketika May mengundurkan diri, proses pengambilan keputusan itu terhenti di tengah jalan.

Penggantinya, Jeremy Hunt atau Boris Johnson yang akan bertarung dalam pemilihan pekan depan, dituntut untuk menyelesaikan masalah ini.

"Perdana menteri baru harus mengambil keputusan tersebut sebagai prioritas," kata Ketua Komite Intelijen dan Keamanan Parlemen (ISC), Dominic Grieve dilansir dari Reuters pada Jumat (19/7).

Dalam pernyataannya, ISC mengatakan bahwa para kepala keamanan siber Inggris telah jelas, masalahnya bukan tentang satu negara atau perusahaan, namun sistem itu harus mampu menahan serangan, tindakan jahat, atau kesalahan manusia sederhana.

Dikatakan, masalah saat ini untuk 5G ialah bahwa hanya ada tiga perusahaan yang beroperasi, yakni Huawei, Nokia, dan Ericsson. Ketergantungan yang berlebihan dan kompetisi yang kurang menghasilkan standar keamanan yang lebih rendah, menurut ISC.

"Oleh karena itu termasuk perusahaan ketiga - bahkan jika Anda mungkin memiliki masalah keamanan tentang mereka, dan harus menetapkan batasan yang lebih tinggi untuk langkah-langkah keamanan dalam sistem, akan secara intuitif menghasilkan keamanan keseluruhan yang lebih tinggi," terang ISC.

Namun, ISC mengakui bahwa keputusan itu bukan hanya teknis dan bahwa pemerintah harus mempertimbangkan masalah politik. Karenanya tidak boleh melakukan apa pun untuk membahayakan aliansi intelijen "Lima Mata" Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada, dan Baru. Selandia Baru.

Dia berpendapat bahwa China akan mengerti jika Huawei dikeluarkan, karena Beijing tidak akan mengizinkan perusahaan Inggris untuk berperan dalam infrastruktur nasionalnya yang kritis.

"Karena itu keputusan penting seperti itu membutuhkan pertimbangan yang cermat," tutup ISC.

KEYWORD :

Huawei Inggris Amerika Serikat China




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :