Kamis, 25/04/2024 08:45 WIB

Kepemimpinan Ketum Golkar Airlangga Tak Memuaskan, Ini Alasannya

Hasil perolehan suara Partai Golkar pada Pemilu 2019 menyebabkan tingkat kepuasan publik dan kader terhadap Airlangga Hartarto sebagai pimpinan partai mengalami penurunan.

Ketum Golkar, Airlangga Hartarto

Jakarta, Jurnas.com - Hasil perolehan suara Partai Golkar pada Pemilu 2019 menyebabkan tingkat kepuasan publik dan kader terhadap Airlangga Hartarto sebagai pimpinan partai mengalami penurunan.

Hal itu berdasarkan hasil survei yang dirilis Etos Indonesia Institute dengan tema "Menuju Konsolidasi Organisasi Partai Golkar Dalam Munas Partai Golkar 2019" yang dilaksanakan sejak 1-14 Juli 2019.

Direktur Eksekutif Etos Indonesia Institute, Iskandarsyah mengatakan, jika dibandingkan dengan 2014 lalu, perolehan suara Pemilu 2019 Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Dimana, perolehan suara terjadi penurunan suara sebesar 1.202.523 suara atau setara dengan 2,44 persen, dengan jumlah 91 kursi yang kemudian hanya tersisa 85 kursi, sehingga kehilangan 6 kursi. Hal itu berimbas kepada tingkat kepuasan responden terhadap pimpinan pusat Partai Golkar mengalami penurunan.

"Sebanyak 58 persen responden menyatakan tidak puas terhadap kepemimpinan pusat partai, 31 persen menyatakan puas dan 11 persen memilih tidak menjawab," terang Iskandarsyah, melalui rilisnya, Rabu (17/7).

Iskandarsyah membeberkan, sejumlah penyebab menurunnya hasil perolehan suara Partai Golkar pada Pemilu 2019 yanng sangat signifikan. Dimana, penurunan perolehan suara dan kursi DPR dari PArtai Golkar disebabkan oleh beberapa hal.

"Pertama, adalah karena faktor Kepemimpinan (42 persen). Kedua, tidak memiliki Isue Strategis (14 persen). Ketiga tidak terlaksananya konsolidasi yang baik terdapat (11 persen). Sementara varian penyebab lainnya berada dibawah 10 persen, diantaranya dikarenakan persaingan antar Parpol, kasus korupsi kader partai dan kehadiran partai lain yang berbasis pemilih yang sama," jelas Iskandarsyah.

Selain itu, kata Iskandarsyah, tidak terlaksananya konsolidasi yang baik 11 persen, permasalahan kepemimpinan menduduki presentasi 42 persen, munculnya partai politik baru yang berbasis pemilih sama 7 persen, kurang maksimalnya caleg partai 2 persen, kasus korupsi kader Golkar 9 persen, tingginya tingkat persaingan antar parpol terdapat 9 persen, tidak memiliki isue strategis 14 persen.

"Ada pun tidak adanya figur kader partai untuk mengusung capres-cawapres 4 persen, serta faktor lainnya mencapai 2 persen," katanya.

Adapun responden dalam survei tersebut adalah seluruh warga negara Indonesia yang merupakan simpatisan, anggota dan fungsionaris Partai Golkar. Sampel yang digunakan adalah 1.000 responden. Berdasarkan jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error sebesar sekitar 3 persen dengan tingkat kepercayaan 90 persen.

KEYWORD :

Ketum Golkar Bambang Soesatyo Airlangga Hartarto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :