Sabtu, 27/04/2024 11:52 WIB

Visi 3.0 Cara AirAsia Bertransformasi Jadi Perusahaan Teknologi

AirAsia mengintegrasikan seluruh lini bisnisnya dengan teknologi.

Sadesh Manikam, Head of Data Science and Insights, AirAsia Group (kanan) dan Audrey Progastama Petryni, Group Head of Communications AirAsia saat memberi keterangan kepada sejumlah jurnalis yang berkunjung ke RedQ, kantor pusat AirAsia di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kuala Lumpur, Jurnas.com - Maskapai penerbangan berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC) AirAsia sedang menapaki jalan sejarahnya yang baru. Setelah sukses merajai penerbangan murah selama 11 tahun berturut-turut. Saat ini AirAsia mentransformasi diri menjadi sebuah perusahaan berbasis teknologi.

"AirAsia mengintegrasikan seluruh lini bisnisnya dengan teknologi," kata Sadesh Manikam, Head of Data Science and Insights, AirAsia Group di RedQ, Kuala Lumpur, Malaysia.

Air Asia memiliki visi AirAsia 3.0, yang merupakan fase lanjutan untuk mengembangkan AirAsia menjadi lebih dari sekadar perusahaan penerbangan, yaitu dengan mendigitalisasi operasional dan proses sehingga menjadi lebih efisien.

"Ke depan, kami ingin dikenal sebagai perusahaan teknologi yang kebetulan punya maskapai," kata Audrey Progastama Petryni, Group Head of Communications AirAsia menambahkan.

Ada empat fokus utama bisnis AirAsia dalam upayanya tersebut, yaitu Market Place yang bergerak di penjualan online (airasia.com dan ourshop). Kemudian Teleport yang bergerak dibidang logistik (kargo door to door). Selanjutnya Financial Technology (Fintech) seperti digital bank dan asuransi (Bigpay & Tune Protect). Juga Life style (Resto Santan, T&Co, Rokki, dll).

Berbagai layanan teknologi finansial seperti BigPay dan lain-lain mulai diluncurkan sejak tahun 2018 lalu. "Kami sedang membangun ekosistem fintech. Di Malaysia fintech sudah diluncurkan sejak tahun 2018. Sedangkan di Indonesia tinggal menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," kata Audrey.

Pada Maret lalu, AirAsia telah meluncurkan perusahaan dana modal ventura, RedBeat Capital, yang akan berinvestasi dalam post-seed startup di seluruh dunia yang berencana melakukan ekspansi di Asia Tenggara.

Perusahaan modal ventura tersebut menargetkan jenis-jenis startup yang bergerak di bidang pariwisata, perencanaan perjalanan, gaya hidup, logistik, kepandaian buatan (artificial intelligence), internet of things, keamanan siber, dan perusahaan-perusahaan fintech.

Keuntungan AirAsia bertransformasi mejadi perusahaan teknologi tidak lagi perlu mengumpulkan data pelanggan. AirAsia sudah menerbangkan lebih dari 700 juta penumpang di seluruh dunia. Data penumpang inilah yang menjadi big data AirAsia. "Sehingga tidak perlu lagi menguarkan investasi terlalu banyak untuk mendapatkan data penumpang seperti perusahaan-perusahaan start up lain seperti Go Jek, Grabb, dan lain-lain," ujar Audrey.

Menurut Audrey, cikal bakal untuk menjadikan AirAsia sebagai perusahaan teknologi kelas dunia sudah ada. Tinggal diintegrasikan menjadi satu kedalam platform utama AirAsia. Bahkan seluruh karyawan AirAsia telah dilatih untuk memiliki digital mindset seperti melalui pelatihan google, dan lain-lain.

Setidaknya saat ini AirAsia telah membangun dua platform utama, yaitu airasia.com yang akan menjadi platform berbasis teknologi yang memudahkan pelanggan memesan segala produk perjalanan mulai dari tiket penerbangan, akomodasi, tur, transportasi darat hingga hiburan. Kemudian BigLife yang dikhususkan sebagai portal gaya hidup yang menggabungkan fitur-fitur seperti yang terdapat pada Kayak, TripAdvisor, Groupon, dan eBay dalam satu situs.

BigLife juga akan mengintegrasikan seluruh fitur digital yang dibangun oleh unit bisnis digital AirAsia, RedBeat Ventures, seperti aplikasi uang digital BigPay, fitur konektivitas dalam pesawat Rokki, toko online Ourshop, layanan logistik seperti RedBox dan RedCargo.

"Fokus kami bukan hanya di Indonesia, tapi di Asia Tenggara," tuturnya.

Meskipun demikian, lanjut Audrey, Indonesia tetap menjadi target pengembangan bisnis AirAsia. Sebab, meskipun saat ini Indonesia baru menyumbang sekitat 10% dari bisnis mobile apps AirAsia di seluruh dunia, tetapi potensinya masih sangat terbuka.

"Yang paling potensial dikembangkan di Indonesia adalah fintech, hotel, dan life style," jelasnya.

Potensi inilah yang membuat AirAsia juga berencana membuat pusat teknologi di Indonesia, selain yang saat ini sudah ada di Bangalore dan Singapur.

KEYWORD :

AirAsia teknologi visi 3.o transformasi bisnis




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :