Rabu, 24/04/2024 01:05 WIB

Kanada Angkut Sampah Terakhir di Filipina

Kapal kargo Anna Maersk yang memuat 69 kontainter sampah itu merapat di sebuah pelabuhan di pinggiran Vancouver, Kanada.

Sampah di Gunung Everest (foto Ilustrasi: BBC)

Manila, Jurnas.com - Konflik diplomatik antara Kanada dan Filipina berakhir ditandai dengan kembalinya sampah berton-ton Kanada yang tersisa di Filipina selama bertahun-tahun kembali ke negara asal.

Dilansir dari Anadolu, kapal kargo Anna Maersk yang memuat 69 kontainter sampah itu merapat di sebuah pelabuhan di pinggiran Vancouver, Kanada.

Konflik diplomati antara Toronto dan Manila terjadi pada 2013-2014 saat perusahaan Kanada mengirimkan kontainer berlabelkan plastik daur ulang ke Filipina. Nyatanya, paket itu berupa campuran kertas, plastik, limbah elektronik dan rumah tangga, termasuk sampah dapur dan popok.

Sementara Undang-undang (UU) Filipina melarang impor plastik campuran dan sampah rumah tangga. Akhirnya, sejumlah limbah dibuang begitu saja, sebagian diolah di pelabuhan setempat selama bertahun-tahun.

Ketegangan antara kedua negara baru memuncak April lalu saat Presiden Filipina Rodrigo, Duterte mengancam mendeklarasikan perang pada Kanada, kecuali jika negara tersebut mengambil kembali sampah mereka.

Kanada melewatkan tenggat waktu 15 Mei untuk mengambil sampahnya.

"Kami berkomitmen dengan Filipina, dan kami bekerja sama dengan mereka," kata Menteri Lingkungan Kanada, Catherine McKenna kepada wartawan pada Kamis, lansir Channel News Asia.

Kekhawatiran global terkait pencemaran plastik dipicu gambar mengejutkan sungai-sungai di Asia Tenggara yang tersumbat. Selain itu dipicu oleh laporan soal ikan laut mati dengan berkilo-kilo sampah di perut mereka.

China menerima sebagian besar plastik bekas dari seluruh dunia selama bertahun-tahun, namun tahun lalu menutup pintunya guna mau membersihkan lingkungannya.

Sejak itu, sampah plastik dunia beralih ke Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Indonesia dan Eropa. November 2016, Kanada mengubah peraturan tentang pembuangan limbah, demi mencegah insiden yang terjadi di Filipina berulang.

Eksportir Kanada kini perlu izin untuk mengekspor limbah berbahaya dan hanya dapat memperolehnya jika negara tujuan menyetujui impor itu, kata juru bicara Kementerian Lingkungan Kanada Jenn Gearey.

Kanada menghasilkan limbah per kapita lebih banyak ketimbang negara lain yang memiliki tingkat ekonomi sebanding, seperti Amerika Serikat (AS) dan Jepang.

KEYWORD :

Sampah Daur Kanada Filipina Catherine McKenna




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :