Jum'at, 26/04/2024 06:52 WIB

Wajah Pertanian pasca Modernisasi Pertanian

Mekanisasi pertanian tidak hanya berperan nyata dalam meningkatkan produksi pangan dan solusi dalam kelangkaan tenaga kerja pertanian, tapi juga untuk menjawab tantangan industri 4.0.

Modernisasi pertanian melalui penerapan alat mesin pertanian (alsintan) menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mengantisipasi tenaga kerja petani yang makin berkurang, serta meningkatkan efisiensi usaha tani.

Jakarta, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa modernisasi pertanian mutlak dilakukan untuk menjadikan Indonesia negara yang kuat berbasis pertanian.

Mekanisasi pertanian tidak hanya berperan nyata dalam meningkatkan produksi pangan dan solusi dalam kelangkaan tenaga kerja pertanian, tapi juga untuk menjawab tantangan industri 4.0.

Bantuan besar-besaran alat dan mesin pertanian (alsintan) pada empat tahun terakhir telah mengubah wajah pertanian Indonesia menjadi lebih modern. Efek domino dari bantuan alsintan pun terjadi. Bukan hanya itu, produksi pangan pun terdongkrak, kesejahteraan petani pun terangkat.

"Modernisasi pertanian melalui mekanisasi merupakan solusi efisien menggantikan pola usaha manual. Mekanisasi juga sebagai solusi mengatasi berkurangnya tenaga kerja pertanian karena bermigrasi ke sektor industri dan jasa," kata Amran.

Seperti diketahui, jumlah terbanyak tenaga kerja pada sektor tanaman pangan adalah petani yang sudah berusia lebih kurang 60 tahun, kemudian disusul usia antara 40 hingga 45 tahun. Dampak nyata adanya kelangkaan dan usia lanjut tenaga petani untuk mendukung budidaya tanaman padi.

Akibatnya kapasitas kerja tanam padi per satuan luas lahan menjadi rendah, biaya tanam pun menjadi mahal. "Intinya, pertanian modern harus dapat menaikan pendapatan petani, menekan biaya produksi, juga meningkatkan kesejahteraan petani," kata Amran.
 
Catatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, pemerintah telah memberikan bantuan alsintan sekitar 720 ribu unit dengan berbagai jenis. Jumlah itu diperkirakan naik hampir 500 persen sebelumnya. Alsintan tersebut berupa rice transplanter, combine harvester, dryer, power thresher, corn sheller dan rice milling unit, traktor dan pompa air.

Pada tahun 2015 bantuan alsintan sebanyak 54.083 unit, 2016 sebanyak naik menjadi 148.832 unit. Sedangkan  pada tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit. Tahun 2019, Kementan akan mengalokasikan alsintan sebanyak 50 ribu unit.

Alsintan tersebut berupa traktor roda dua sebanyak 20 ribu unit, traktor roda empat sebanyak tiga ribu unit, pompa air 20 ribu sebanyak unit, rice transplanter dua ribu unit, cultivator sebanyak4.970 unit dan escavator sebanyak 30 unit.

"Bantuan alsintan itu merupakan terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Kita ingin dengan alsintan mengubah mindset petani dari bertani secara tradisional ke modern. Kita juga ingin usaha tani menjadi lebih efisien," kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Sarwo Edhy (26/6).

Sarwo mencontohkan, jika pengolahan lahan menggunakan tenaga manusia (cangkul), maka dalam satu hektare sawah diperlukan 30-40 orang, lama pengerjaannya 240-400 jam per hektare, sedangkan biayanya mencapai Rp 2-2,5 juta per hektare.

"Sementara dengan alsintan hanya diperlukan tenaga kerja dua orang, jumlah jam kerja hanya 16 jam per hekare dan biayanya Rp 900 ribu-1,2 juta per hekatare," ujar Sarwo.

Begitu juga saat panen. Jika menggunakan alsintan hanya perlu tiga jam sudah selesai, sedangkan kalau menggunakan tenaga manusia perlu waktu satu minggu.

Keuntungan lainnya lanjut Sarwo adalah saat tanam bisa serentak, karena pengolahan lahan bisa cepat, sehingga petani bisa tanam tiga kali setahun.

Kalkulasi pemerintah dengan mekanisasi dapat menghemat biaya produksi hingga 30 persen dan menurunkan susut panen 10 persen. Mekanisasi juga menghemat biaya olah tanah, biaya tanam dan panen dari pola manual Rp7,3 juta per hekatare menjadi Rp5,1 juta per hekatare.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Modernisasi Pertanian Alasintan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :