Jum'at, 26/04/2024 06:11 WIB

Rusia Ingatkan Peristiwa Invasi AS di Irak

Washington mengklaim, diktator Irak Saddam Hussein menimbun senjata pemusnah massal, yang terbukti palsu pasca invasi.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menghadiri konferensi pers tahunan di Balai Konferensi Kementerian Luar Negeri Rusia di Moskow, Rusia, pada 15 Januari 2018 [Sefa Karacan / Anadolu Agency]

Moskow, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, sanksi baru Amerika Serikat (AS) mengkhwatirkan dan bermuara pada skenario yang sangat berbahaya.

Lavrov menyatakan keprihatinannya atas peristiwa yang sedang berlangsung dan langkah terbaru pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk menjatuhkan sanksi kepada pemimpin tertinggi Iran dan beberapa pejabat lainnya.

"Sanksi ini mengkhawatirkan dan mengirimkan sinyal bahwa situasi sedang berlangsung di bawah skenario yang sangat buruk," kata Lavrov dalam konferensi pers di Maladewa, Selasa (25/6).

Diplomat itu mengatakan, situasi di Iran saat ini mengingatkan peristiwa pada 2003 saat AS mencoba membuat sebuah kasus untuk menyerang Irak. Saat itu, Washington mengklaim, diktator Irak Saddam Hussein menimbun senjata pemusnah massal, yang terbukti palsu pasca invasi.

"Kita semua tahu hasilnya. Pada Mei (2003), AS menyatakan kemenangan demokrasi di Irak. Tarik kesimpulan Anda tentang bagaimana demokrasi ini telah menunjukkan dirinya selama 16 tahun terakhir," kata Lavrov.

Pada Senin (24/6), Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menjatuhkan sanksi kepada Pemimpin Revolusi Islam, Ayatullah Seyyed Ali Khamenei, kantornya dan delapan komandan senior Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran.

Trump mengatakan, sanksi itu bertujuan menutup akses para pejabat Iran terhadap sumber-sumber keuangan, serta memblokir mereka dari akses sistem keuangan AS atau aset apa pun di Negeri Paman Sam.

Bukanya hanya itu, Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin juga mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif juga akan menghadapi sanksi akhir pekan ini.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia juga mengeluarkan pernyataan pada Selasa (25/6) untuk mengkritik sanksi baru Gedung Putih terhadap Iran.

Sejak meninggalkan kesepakatan Iran tahun 2015 tahun lalu, AS telah meningkatkan ketegangan dengan tudingan yang tidak berdasar terhadap Teheran dan membangun tekanan dengan putaran sanksi baru.

"Pihak berwenang AS harus mempertimbangkan apa hasil dari jalan ceroboh mereka terhadap Iran. Itu dipenuhi dengan tidak hanya destabilisasi di Timur Tengah, tetapi juga dapat merusak seluruh sistem keamanan internasional," kata kementerian itu.

 

KEYWORD :

Timur Tengah Amerika Serikat Iran Rusia Sergei Lavrov




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :