Jum'at, 26/04/2024 06:45 WIB

Serangan Roket Hantam Situs Militer AS Bikin Irak Geram

Beberapa serangan telah dilakukan di Irak meskipun pemerintah memperingatkan terhadap penggunaan wilayahnya sebagai cara menyerang negara-negara asing

Perdana Menteri Irak, Haider Al Abadi memberi selamat kepada pejuan yang melawan Daesh ( Foto: Arab News)

Jakarta, Jurnas.com - Pejabat keamanan Irak mengatakan, negaranya akan mengidentifikasi dan menuntut mereka yang bertanggung jawab untuk melakukan serangkaian serangan roket terhadap situs militer dan sipil AS di seluruh negara tersebut.

Sebuah roket mendarat di dekat pangkalan militer Irak yang menjadi tuan rumah pasukan AS di kota Mosul di Irak utara pada Selasa dan satu lainnya mendarat di tepi markas besar kompleks perumahan untuk beberapa perusahaan minyak besar dunia, termasuk raksasa AS Exxon Mobil, yang melukai beberapa warga sipil di selatan kota Basra pada Rabu (19/06) pagi.

“Kami akan mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab atas penembakan roket di lokasi militer dan sipil di Baghdad dan provinsi lainnya. Kami akan mengambil tindakan pencegahan terhadap mereka," kata kantor media militer Irak dalam sebuah pernyataan dikutip The National.

Kekhawatiran di antara para pejabat Irak tumbuh atas potensi bagi negara itu untuk ditarik ke dalam perselisihan antara AS dan Iran.

"Kami akan menyerang, dengan tangan besi, mereka yang berusaha mengimplementasikan agenda mereka yang mengganggu kepentingan dan keamanan Irak," kata pernyataan itu.

"Kami tidak ingin perang," kata Iran dan AS dalam upaya untuk meredakan ketegangan Timur Tengah

Washington memiliki lebih dari 5.000 tentara yang ditempatkan di Irak, sementara Teheran mendukung milisi lokal yang kuat, yang dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer yang membantu Irak selama pertempuran melawan ISIS.

Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengatakan pada Selasa malam bahwa kekuatan asing tidak boleh menggunakan tanah Irak untuk menyelesaikan perbedaan mereka.

"Tentara asing dan milisi lokal yang beroperasi di Irak dilarang saling berhadapan dan harus beroperasi di bawah pengawasan dan kendali angkatan bersenjata Irak," desaknya.

Beberapa serangan telah dilakukan di Irak meskipun pemerintah memperingatkan terhadap penggunaan wilayahnya sebagai cara menyerang negara-negara asing, kata Jaber Al Jaberi, anggota parlemen.

"Pemerintah Irak bekerja serius untuk mencegah terulangnya tindakan ini," kata Al Jaberi.

Pemerintah lokal dan federal harus bertanggung jawab untuk memberikan keamanan kepada warga sipil, kata politisi Irak Sarkwat Shams kepada The National .

Ketidakmampuan Irak untuk menanggapi serangan semacam itu berasal dari kelemahan aparat keamanan atau dari perselisihan politik, kata Shams.

"Pemerintah sangat lambat dalam membangun kapasitas keamanannya terutama di kota-kota besar," katanya.

"Langkah-langkah keamanan di daerah perkotaan belum membaik dengan sangat baik dan itu adalah kegagalan oleh dinas intelijen Irak," kata Mr Shams.

Perkembangan itu terjadi ketika Emir Kuwait, Sheikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah, tiba di Baghdad pada hari Rabu, untuk kunjungan resmi yang jarang.

Presiden Irak Barham Salih menyapa Sheikh Sabah pada hari Rabu pagi di bandara Baghdad.

"Kunjungan itu, yang pertama sejak 2012, akan fokus pada perkembangan regional setelah serangan terhadap pengambil minyak" pekan lalu di dekat Selat Hormuz yang strategis, kata kantor berita Kuwait Kuna.

AS menyalahkan Iran atas dua serangan terhadap enam kapal tanker di Teluk pada bulan lalu. Iran membantah terlibat dalam keduanya.

Washington sejak itu telah memerintahkan 1.000 tentara lagi ke Timur Tengah. Kedua belah pihak mengatakan mereka tidak menginginkan perang.

KEYWORD :

Militer AS Irak




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :