Jum'at, 26/04/2024 12:09 WIB

Demonstran Rompi Kuning Kembali Protes Pemerintahan Macron

Rompi itu sendiri menceritakan kisah gerakan yang telah mencengkeram Perancis selama lebih dari enam bulan, pada satu titik menjadi tantangan terbesar kepresidenan Presiden Emmanuel Macron.

Jakarta, Jurnas.com - Sekitar 1.100 orang dengan rompi kuning berbaris di pinggiran kota Paris pada Sabtu, 8 Juni, pada ronde ke-30 protes mereka, melanjutkan perjuangan mereka untuk daya beli yang lebih besar dan kondisi kerja yang lebih baik.

Rompi itu sendiri menceritakan kisah gerakan yang telah mencengkeram Perancis selama lebih dari enam bulan, pada satu titik menjadi tantangan terbesar kepresidenan Presiden Emmanuel Macron.

Seorang pemrotes yang saat ini menganggur, Gilles Sabatier, telah meluncurkan buletin yang mengumpulkan gambar-gambar slogan dan ilustrasi di balik rompi visibilitas tinggi, simbol gerakan akar rumput yang bertujuan agar para pengunjuk rasa dilihat dan didengar.

"Setiap orang, masing-masing `rompi kuning` (pengunjuk rasa), menaruh apa yang dia rasakan, dan itu selalu sangat pribadi dan penuh kreativitas, dan selalu mengakar dalam perjuangan," kata Sabatier dikutip PressTV, yang dikelilingi oleh pengunjuk rasa yang rompinya berisi karikatur Macron dan slogannya seperti "Ambil kembali kendali atas takdir kita."

Mayoritas pengunjuk rasa telah menghabiskan hampir setiap Sabtu di bulan-bulan terakhir di jalan, kadang-kadang dengan pasangan dan anak-anak mereka. Persahabatan telah tumbuh di tengah pergulatan bersama dan pertemuan mingguan.

"Kami di sini. Sekalipun Macron tidak menginginkannya, kami ada di sini. Demi kehormatan pekerja, demi dunia yang lebih baik," lanjut mereka.

Tetapi jumlah pengunjuk rasa telah berkurang dalam beberapa pekan terakhir, dengan jumlah pemilih nasional diperkirakan 3.700, jauh dari 300.000 yang pertama kali menduduki bundaran dan memblokir jalan pada November 2018 dalam apa yang dimulai sebagai protes terhadap kenaikan pajak bahan bakar.

Itu akan memberikan sedikit kelegaan bagi Macron, yang terpaksa menunda reformasi dan membuat konsesi yang mahal untuk mencoba dan mengatasi kerusuhan serta menemukan cara untuk meningkatkan daya beli.

Polisi Prancis juga mendapat pengawasan dari kelompok-kelompok hak asasi atas penggunaan senjata pengontrol kerumunan tugas berat termasuk senjata huru-hara "bola nyala" yang menembakkan proyektil berbentuk bola karet

KEYWORD :

Rompi Kuning Demonstran Prancis




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :