Jum'at, 26/04/2024 08:29 WIB

Iran: Kami Punya Gelar Ph.D untuk menghalau Sanksi AS

Zarif mengatakan negaranya tidak ingin mencari konfrontasi dengan AS atau mencoba menutup Selat Hormuz kecuali Washington memberlakukan blokade ekonomi total.

Menteri Luar negeri Iran Mohammad Javad Zarif

Teheran, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump tidak akan berhasil membuat Iran bertekuk lutut. Pasalnya, Teheran memiliki gelar "Ph.D. dalam meninggalkan sanksi AS."

Kepada wartawan di sela kunjungan ke New York, Zarif mengatakan negaranya tidak ingin mencari konfrontasi dengan AS atau mencoba menutup Selat Hormuz kecuali Washington memberlakukan blokade ekonomi total.

"Presiden Donald Trump percaya bahwa kebijakan tekanan maksimum akan membuat Iran bertekuk lutut. Padahal, Iran tidak akan menerima tekanan," kata Zarif menurut NBC News.

Zarif mengatakan negaranya memiliki pengalaman puluhan tahun menghindari sanksi ekonomi AS. Karena itu, ia yakin akan berhasil menghindari sanksi tersebut. "Kami memiliki gelar Ph.D. dalam menghalau sanksi AS" katanya.

Iran sejauh ini telah berhasil memenuhi kebutuhan penduduknya dan terus menjual minyak, kata Zarif, meskipun tidak menampik bahwa sanksi tersebut menimbulkan kerusakan ekonomi dan menyebabkan rasa sakit bagi warga Iran.

Kebijakan administrasi Trump sama dengan menindas pemerintah lain, katanya, meramalkan bahwa beberapa negara tidak akan menyerah pada tekanan AS, seperti kritik publik terhadap sanksi Turki.

Pernyataan Zarif muncul beberapa hari setelah administrasi Trump mengumumkan akan mengakhiri keringanan sanksi kepada beberapa negara untuk mengimpor minyak Iran, untuk mengurangi ekspor minyak Teheran menjadi "nol."

Zarif mengatakan Iran tidak akan membalas atau mencekal pengiriman minyak melalui Selat Hormuz meskipun sedang konflik dengan AS. Namun, ia mengatakan keadaan bisa saja berubah jika Washington menutup ekonominya.

"Kita tidak ingin mengambil langkah eskalasi. Ini adalah niat kita. Selat Hormuz dan Teluk Persia adalah jalur hidup kita," katanya.

"Jika AS memutuskan atau mencoba mencegah kami menggunakan perairan kamu sendiri untuk memajukan kepentingan ekonomi nasional kami, maka itu mengubah seluruh keseimbangan dan seluruh persamaan," tegas Zarif.

"Jika Iran tidak dapat menjual minyak, jika Iran tidak dapat mengimpor apa yang diinginkannya, maka kamu tidak akan memiliki kepentingan dalam keamanan Teluk Persia," sambungnya.

"Garis merah kami adalah bahwa kami harus dapat menyediakan kebutuhan bagi orang-orang kami," tegas Zarif.

Ditanya tentang nasib warga Iran-Amerika dan warga negara ganda lainnya yang dipenjara di Iran, Zarif mengatakan, tetap terbuka untuk menegosiasikan pertukaran tahanan yang ditahan di kedua negara tetapi Washington belum menanggapi tawarannya.

Ia mengatakan, pertama kali mengajukan penawaran enam bulan lalu. "Aku belum mendengar apa pun dari pemerintah," katanya.

Zarif mengutip surat yang diterima Iran dari utusan khusus presiden AS untuk urusan sandera, Robert O`Brien, yang menuntut pembebasan orang Amerika yang ditahan di Iran.

"Tahukah Anda apa kata surat itu? Dia berkata, `Tolong lepaskan mereka.` Dia tidak menawarkan apa pun. Mereka tidak bisa mengharapkan konsesi sepihak," ungkap Zarif.

Zarif juga menganggap Trump mencari perang dengan Iran, tetapi, anggota administrasi lainnya yang berusaha untuk menjatuhkan pemerintah Iran, termasuk Penasihat Keamanan Nasional John Bolton.

"Duta Besar Bolton memiliki agenda lain," katanya.

Zarif terbang ke New York setelah mengecam sanksi keuangan AS yang membatasi aliran bantuan kepada para korban banjir berskala besar. Bulan Sabit Merah Iran mengatakan sanksi AS mencegah Iran menerima sumbangan dari luar negeri.

Banjir telah mempengaruhi 25 dari 31 provinsi dan pejabat Iran mengatakan setidaknya 76 orang tewas dalam banjir.

"Jika Iran tidak dapat menjual minyak, jika Iran tidak dapat mengimpor apa yang diinginkannya, maka kita tidak akan memiliki kepentingan dalam keamanan Teluk Persia."

KEYWORD :

Iran Sanksi Ekonomi Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :