Kamis, 09/05/2024 02:07 WIB

Eks Gerindra: Hanya Kerumunan Massa PA 212 di Kampanye Akbar Prabowo

Kerumunan massa hanya menampilkan gambar-gambar atau video yang mungkin bisa dibanggakan. Dikaitkan dengan elektabilitas? No way, tidak bisa.

Fami Fachrudin, Eks Gerindra kini Ketua Presidium Kotak Hijau

Jakarta, Jurnas.com - Salah satu deklarator Partai Gerindra Fami Fachrudin membuat ulasan kritis soal kampanye terbuka Capres 02 Prabowo Subianto di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (7/4/2019).

Pada kampanye akbar itu, ribuan, bahkan ada yang menyebut jutaan orang hadir memenuhi GBK dengan slogan putihkan Jakarta.

Berikut ulasan Fami Fachrudin yang kini sebagai Ketua Presidium Relawan Kotak Hijau:

Seorang jurnalis asing bertanya kepada saya, "Selamat siang. What did you think of the Prabowo rally today?" Saya jawab, "Just like HTI or PKS rally". Kemudian saya susulkan video muktamar HTI tahun 2013 dan video kampanye perdana PKS 2014 yang kebetulan keduanya diselenggarakan di Gelora Bung Karno.

Ya, kampanye akbar Prabowo hari ini tidak beda jauh dengan muktamar HTI 2013 (silahkan tengok https://youtu.be/aPy7V8YGU0I) atau kampanye perdana PKS 2014 yang dihadiri oleh 150.000 orang (sila tengok https://youtu.be/5dW36Cm5mCM).

Mungkin lebih banyak kampanye Prabowo hari ini, tapi tidak sampai 2 kali lipatnya. Kalau mau dipaksakan, dianggap 4 kali lipatnya, maka peserta rapat akbar hari ini dihadiri 600.000 orang.

Katanya lebih dari 1 juta? Namanya klaim kan boleh saja. Mau klaim 1 juta, 7 juta, atau 15 juta ya bebas saja, ini negara demokrasi. Soal dipercaya atau tidak, nyatanya pendukung Prabowo percaya dengan angka juta-juta itu. Selama klaim itu digunakan untuk menyenangkan perasaan sendiri, tidak masalah.

Klaim itu akan jadi masalah, jika itu menjadi bagian dari narasi untuk mendelegitimasi pemilu 2019. Merasa kampanyenya dihadiri oleh jutaan manusia, mereka langsung merasa harus jadi pemenang pemilu. Kalau kalah, maka mereka pasti dicurangi. Itu yang berbahaya.

Belajar dari peristiwa sebelumnya, kita bisa simpulkan, kerumunan massa itu tidak berbanding lurus dengan elektabilitas.

Partai besar belum tentu bisa mengumpulkan ratusan ribu atau jutaan orang dalam suatu kampanye. Sebaliknya, partai menengah-kecil seperti PKS malah mungkin bisa melakukannya karena memiliki massa yang solid, militan dan ideologis.

Menurut saya, kerumunan massa hanya menampilkan gambar-gambar atau video yang mungkin bisa dibanggakan. Itu saja, tidak lebih. Dikaitkan dengan elektabilitas? No way, tidak bisa.

PKS yang pernah memenuhi stadion GBK dengan 150.000 orang, dengan target waktu itu masuk 3 besar partai politik di Indonesia, berakhir dengan posisi partai terbesar ke-7, dengan perolehan 40 kursi DPRRI, turun 17 kursi dibanding pemilu 2009.

Kerumunan massa 212, massa yang sama dengan peserta kampanye akbar Prabowo hari ini, yang menurut perhitungan kepatutan jumlah orang per meter persegi dihadiri hampir 2 juta orang, namun diklaim oleh mereka dihadiri oleh 7 juta orang, sering dijadikan success story oleh mereka.

Kerumunan massa 212 itu dianggap berhasil mengantarkan kemenangan pasangan Anies-Sandi sebagai Gubernur-Wakil Gubernur DKI 2017-2022.

Tapi, harus diingat, ketika semangat itu hendak ditularkan ke daerah lain pada Pilgub 2018, hasilnya amsyong di semua Pilgub di Jawa, baik Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun Jawa Timur. Mereka hanya berhasil di Sumatera Utara.

Jadi, anggapan bahwa kerumumam massa itu identik dengan elektabilitas, adalah anggapan yang keliru. Jika itu hendak dipaksakan sebagai narasi untuk membuat rusuh, maka kita semua harus bersiap-siap.

KEYWORD :

Fami Fachrudin Kampanye Akbar Prabowo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :