Selasa, 16/04/2024 23:57 WIB

Mengenal Bariatrik Sebagai Solusi Obesitas

Tindakan bedah bariatrik membantu turunkan berat badan dan kurangi risiko penyakit lainnya.

Tindakan bedah bariatrik membantu turunkan berat badan dan kurangi risiko penyakit lainnya (Foto: Ecka Pramita)

Jakarta, Jurnas.com - Gaya hidup tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik memicu timbulnya berbagai masalah kesehatan dan gangguan metabolik.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan penduduk dewasa di Indonesia berusia di atas 18 tahun yang mengalami kegemukan atau obesitas adalah sebesar 21,8 persen dan merupakan peningkatan pesat dari tahun 2013 ketika angka jumlah penduduk dengan obesitas mencapai 14,8 persen.

Riset yang sama menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) terus meningkat, bahkan kini penderitanya semakin banyak yang berusia muda. Sejumlah penelitian telah mengungkapkan hubungan antara obesitas dan risiko beragam penyakit tak menular. 

Melihat data yang ada, diperlukan penanganan yang tepat dan menyeluruh dalam mencegah obesitas demi mengurangi bertambahnya jumlah penderita penyakit tak menular.

Obesitas merupakan salah satu penyakit yang dapat menurunkan angka harapan hidup seseorang karena obesitas dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit lain, seperti tingginya kadar kolesterol, diabetes mellitus, hipertensi, dan gangguan vaskular lainnya.

Obesitas dibedakan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) masing-masing orang dan terdiri dari empat kategori; yaitu berat badan berlebih dengan IMT antara 23-24,9, obesitas tingkat I dengan IMT 25-29,9, obesitas tingkat II dengan IMT 30-37,4 dan obesitas morbid dengan IMT 37,5 atau lebih.

Berat badan berlebih yang tidak segera ditangani dapat berkembang menjadi obesitas morbid dengan risiko gangguan kesehatan yang semakin tinggi.

Dr. dr. Peter Ian Limas, Sp. B-KBD, dokter spesialis bedah konsultan bedah digestif menjelaskan salah satu tindakan penanganan untuk kasus obesitas adalah bedah bariatrik. Tindakan ini dapat dilakukan apabila pasien sudah dikategorikan sebagai obesitas morbid dan memiliki IMT yang tinggi.

"Selain diperuntukkan bagi para pasien obesitas morbid, bedah bariatrik juga dapat dimanfaatkan untuk membantu pasien yang memiliki IMT sedang, namun mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit diabetes dan hipertensi," ujar dokter di RS Pondok Indah Pondok Indah ini.

Namun, yang harus diingat lanjut dr Peter, meski mampu menurunkan bobot tubuh dengan cepat, bedah bariatrik bukanlah peluru emas, tindakan ini hanya sebagai pendukung. "Faktor utama keberhasilan bariatrik adalah komitmen dan konsistensi yang kuat dari pasien untuk mengubah gaya hidup mereka seumur hidup," ucapnya.

Mengenal Metode Bedah Bariatrik

Bedah bariatrik yang paling sering dilakukan adalah sleeve gastrectomy, bypass lambung, dan ikat lambung. Ketiga tindakan ini sama-sama memiliki hasil akhir penurunan berat badan akibat berubahnya bentuk organ pencernaan pasien sehingga memengaruhi pola makan dan penyerapan makanan di dalam tubuh.

Sleeve gastrectomy merupakan tindakan pemotongan lambung pasien kurang lebih sebanyak 85 persen sehingga didapatkan ukuran lambung yang lebih kecil, bypass lambung merupakan tindakan penggabungan bagian atas lambung dengan usus kecil sehingga makanan tidak lagi melewati lambung dan tidak banyak kalori makanan yang diserap, dan ikat lambung merupakan tindakan pemasangan karet pengikat pada lambung yang bersifat adjustable sehingga pasien dapat menentukan berapa banyak porsi makanan yang ingin dikonsumsi.

Sebelum melakukan tindakan, pemeriksaan awal akan dilakukan dengan teknologi skrining melalui pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan jantung, dan USG dengan teropong (endoskopi) untuk melihat kondisi lambung.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut akan menentukan layak tidaknya seseorang menjalani prosedur bariatrik dan juga menjadi faktor penentu tindakan bedah bariatrik apa yang sesuai untuk dilakukan.

Pasien pun diimbau untuk menjalani diet rendah kalori selama sekitar sepuluh hari sebelum tindakan, manfaatnya adalah untuk mengecilkan organ hati yang letaknya terkadang menutupi lapangan pandang daerah bedah. Pasien pun diwajibkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi klinik dan dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik, dan diabetes pada saat sebelum dan sesudah tindakan bariatrik.

“Bagi pasien obesitas morbid yang membutuhkan penurunan berat badan secara ekstrim, bedah bariatrik memiliki berbagai kelebihan, salah satunya dapat menurunkan berat badan dengan lebih cepat dan relatif menetap. Dengan menggunakan minimal invasive laparoscopy, pasien pun akan merasakan nyeri yang lebih minimal, juga risiko komplikasi tindakan yang lebih rendah, sehingga masa rawat inap di rumah sakit akan lebih singkat,” lanjut dr. Peter.

Tindakan ini juga dapat menjadi solusi bagi pasien yang memiliki riwayat diabetes. Oleh karena efektivitasnya terhadap penyakit diabetes ini, bedah bariatrik juga sering disebut dengan bedah metabolik.

Dengan teknik gastric bypass, dapat dicapai remisi (hilangnya gejala sehingga tidak memerlukan pengobatan lagi) pada lebih dari 80 persen penderita diabetes tertentu. Remisi ini dapat terjadi dalam beberapa hari sesudah operasi dan tidak harus menunggu berat badan pasien menurun.

KEYWORD :

Risiko Obesitas Metode Bariatrik




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :