Jum'at, 26/04/2024 08:11 WIB

YOAI Inisiasi Ruang Rawat Inap Remaja Pertama di Indonesia

Menkes Nila mengapresiasi inisiatif penambahan ruang rawat inap tersebut. Ia bahkan siap mendukung segala upaya untuk memfasilitasi peningkatan pengobatan pada kanker, khususnya yang diderita anak-anak dan remaja.

Foto bersama dalam Peresmian ruang rawat inap remaja di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Rabu (27/02) di Jakarta. Foto: Alibas_Jurnas.com

Jakarta, Jurnas.com - Menindaklanjuti adanya peningkatan jumlah pasien anak rentang usia 0-18 tahun, Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) dengan menginisiasi Ruang Rawat Inap khusus usia remaja di atas 11 tahun. Berlokasi di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta, pengadaan ruangan ini didukung secara pendanaan oleh Prudential Indonesia.

Peresmian ruang rawat inap baru tersebut dihadiri oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes), Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M, Ketua YOAI, Rahmi Adi Putra Tahir, Direktur RKSD Prof. dr. H. Abdul Kadir, dan President Direktur Prudential Indonesia Jens Reisch.

Menkes Nila mengapresiasi inisiatif penambahan ruang rawat inap tersebut. Ia bahkan siap mendukung segala upaya untuk memfasilitasi peningkatan pengobatan pada kanker, khususnya yang diderita anak-anak dan remaja.

“Pasien kanker anak-anak dan remaja perlu dukungan yang luar biasa dalam menjalani pengobatan agar bisa cepat sembuh. Apalagi mereka sedang berada dalam usia pertumbuhan di mana mereka seharusnya dapat bermain dan belajar dengan gembira," ujar Menkes dalam sambutannya.

Ia berharap dengan adanya ruang rawat inap khusus remaja di RKSD, pasien bisa lebih merasa nyaman dan membantu peningkatan keinginan anak-anak remaja untuk berjuang menghadapi penyakit yang tengah diderita.

"Dengan adanya ruang rawat inap remaja di RSKD, kami berharap para pasien dapat lebih bersemangat untuk sembuh dan mereka bisa tetap merasa nyaman selama menjalani perawatan di rumah sakit," tambahnya.

Selainitu pendiri sekaligus Ketua YOAI, Rahmi Adi Putra Tahir, mengatakan ruang rawat inap remaja ini merupakan pengembangan dari ruang rawat anak di rumah sakit yang sama. Dijelaskan Rahmi, perbedaan kebutuhan itu terutama dalam hal aktivitas mereka dalam upaya penyembuhan selain hal-hal terkait psikis dan psikologis.

“Dengan memberikan perhatian dan dukungan psikososial kepada pasien kanker diharapkan dapat mengatasi tekanan psikologis pasien, serta dapat mempertahankan kualitas hidupnya. Tentunya kami berharap mereka semakin termotivasi untuk sembuh,” terang Rahmi.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Direktur Utama RSKD, H. Abdul Kadir. Menurutnya, selain memberikan kenyamanan ruang rawat inap remaja juga akan memberikan privasi tersendiri selama mereka menerima pengobatan dari tim media.

“Kami juga terus mengupayakan untuk menciptakan ruang rawat inap dengan fasilitas dan orang-orang yang terlatih khusus dalam memberikan asuhan keperawatan, menyediakan lingkungan terapi dan membantu pemulihan mereka,” tutur Prof Kadir.

Hal senada diungkapkan dokter spesialis anak dr Haridini Intan S Majdi. Menurutnya, meskipun tidak ada perbedaan dalam hal tata laksana pengobatan termasuk kemoterapi, pasien usia remaja membutuhkan privasi yang berbeda dengan anak-anak.

“Usia remaja itu lebih komplek kebutuhannya. Tim medis pun sudah dapat langsung berkomunikasi tentang penyakit atau pengobatan yang akan dilakukan tanpa melalui orang tuanya. Mereka pun bahkan bisa searching sendiri informasi soal penyakitnya di internet untuk kemudian dibahas dengan dokter atau orangtuanya,” ujar dr Haridini.

Haridini juga menjelaskan peresmian ruang rawat inap remaja akan langsung dilakukan Menteri Kesehatan RI dalam rangkaian peringatan Hari Kanker Sedunia.

“Nanti juga akan ada seminar remaja peduli kanker dengan pembahasan seputar penyakit kanker, penyebab dan beban kanker pada pasien,” tambah dokter spesialis anak di RSK Dharmais ini.

Lebih lanjut mengenai ruang rawat inap remaja, dijelaskan Rahmi, selain terdapat 46 tempat tidur, rurangan seluas 1.000 meter persegi ini dilengkapi dengan ruang untuk bersosialisasi dilengkapi dengan internet dan pendampingan psikolog serta ruang khusus loker untuk pasien dan pendampingnya.

“Selain itu ruang rawat inap remaja ini juga akan didesain unik, khas remaja, untuk memberikan motivasi bagi penyembuhan mereka sehingga mereka merasa nyaman,” lanjut Rahmi.

Keberadaan ruang rawat inap remaja ini disambut antusias oleh para survivor kanker anak yang kini aktif berkegiatan di Cancer Buster Community, di bawah naungan YOAI. Nicky (22) yang selama 6 tahun sejak usianya masih 3 tahun harus melalui pengobatan di rumah sakit karena kanker darah, menilai terobosan YOAI ini dapat membantu mood pasien kanker melewati mood setelah kemoterapi atau radiasi.

“Ini keren banget karena kita akan bersosialisasi dengan seumuran. Dulu aku pernah sebangsal dengan remaja usia 16 tahun, pasti dia betelah lihat kita yang masih kecil nangis atau ngamuk dan ditenangin sama orang tua. Kalau abis kemo itu kita butuh ketenangan,” kata Nicky yang juga merasakan hal sama ketika usianya 9 tahun harus sekamar dengan balita.

Lain halnya dengan Annisa (20) yang terdiagnosis kanker saat usianya 16 tahun, meskipun merasakan hal sama dengan Nicky dalam hal kenyamanan berbagi bangsal dengan pasien kanker anak, ia sangat mengapresiasi kesabaran dan kebaikan perawat di ruang rawat kanker anak.

“Mereka juga pada sigap kalau dipanggil. Soalnya aku pernah punya pengalaman buruk dibentak-bentak di IGD. Semoga nanti di ruang khusus remaja juga pada baik susternya,” harap Annisa.

Sementara dua pasien yang sekarang masih dirawat di ruang rawat inap anak RS Kanker Dharmais Imam (16) dan Nani (13) memiliki pandangan yang berbeda soal perbedaan ruang rawat mereka dengan usia anak-anak.

Imam asal Bekasi yang baru empat hari dirawat menginginkan dirinya segera dipindahkan ke ruang khusus remaja. “Kalau di sini saya gak tega denger suara anak nangis. Kasian kalau melihat anak kecil nangis terus karena sakit. Mau tidur denger suara anak nangis. Saya ngerti mereka kesakitan. Keganggu sih gak terlalu ya, cuma kasian aja,” terang Imam.

Sedangkan Nani, pelajar SMP asal Pandeglang, tak bergeming soal adanya ruang khusus remaja tersebut. Ia lebih memilih sekamar dengan anak-anak kecil dan selalu ditemani oleh ibunya selama dirawat.

“Kalau pisah kamar sama mereka (anak-anak,red) nanti sepi dong gak ada suara anak kecil. Ibu saya tetep boleh tinggal menemani kan,” kata pasien leukemia yang sudah dikemoterapi empat kali.

KEYWORD :

Ruang Rawat Inap Yayasan Onkologi Anak Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :