Sabtu, 27/04/2024 16:42 WIB

Kota-kota Afsel Kehabisan Lahan Pemakaman

Setiap minggu petugas pekamaman harus membongkar 45 sampai 60 kuburan, untuk ditimpa dengan kuburan baru.

Ilustrasi makam (Foto: Sky News)

Cape Town – Di tengah-tengah pemakaman Avalon yang terletak di jantung Kota Soweto, Johannesburg, dua penggali kubur menyekop tanah dari sebuah kuburan tua, yang berisi sisa-sisa tulang belulang.

Mereka sedang mempersiapkan kuburan untuk digunakan kembali, karena kota-kota di Afrika Selatan kehabisan lahan untuk pemakaman.

Dilansir dari AFP, pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan serbuan warga negara asing membuat perkotaan makin padat. Masalah semakin bertambah dengan adanya resistensi budaya terhadap praktik kremasi.

Akibat lahan tak mampu mengimbangi jumlah ledakan penduduk, setiap minggu petugas pekamaman harus membongkar 45 sampai 60 kuburan, untuk ditimpa dengan kuburan baru.

Pihak berwenang memperingatkan, jika tak ada tindakan yang diambil untuk mengubah cara penguburan, maka diprediksi daerah perkotaan akan kehabisan lahan sama sekali dalam waktu 50 tahun mendatang.

“Ruang pemakaman cepat berkurang. Ini disebabkan oleh fakta bahwa Joburg (Johannesburg, Red) saat ini mengalami migrasi yang tinggi,” kata salah seorang pengelola pemakaman dan krematorium Kota Joburg, Reggie Moloi.

Joburg bukan satu-satunya kota di Afrika Selatan yang terkendala lahan pemakaman. Kota pesisir tenggara Durban juga mengalami masalah serupa.

Kota itu malah memiliki tingkat kematian yang luar biasa tinggi pada 1980-an akibat kekerasan politik dan HIV/AIDS.

“Kami melihat bahwa kuburan kemudian diisi dalam periode waktu terpendek, dan segera kami akan kehabisan ruang pemakaman,” terang kepala taman di eThekwini, Durban, Thembinkosi Ngcobo.

Sementara daur ulang kuburan membantu meringankan situasi, kremasi masih menghadapi perlawanan yang signifikan dari komunitas Afrika, yang melihatnya sebagai hal yang tidak wajar, dan bertentangan dengan tradisi.
Di Roodepoort dekat Soweto, sebuah keluarga nenek berusia 87 tahun, Caroline Sipamla, di makam yang sama dengan putranya.

"Makam sangat penuh. Kami pikir akan lebih mudah bagi kami untuk membuka kembali dan lebih murah daripada menggali kuburan baru," tutur Puleng Sipamla ketika para petugas menutupi sisa-sisa ibunya.

KEYWORD :

Pemakaman Langka Afrika Selatan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :