Jum'at, 26/04/2024 12:35 WIB

Arab Saudi dan OPEC Dirugikan Kebijakan AS di Iran

Al-Falih menyatakan kekecewaannya kepada Gedung Putih. Ia mengatakan, saat ini ada kelebihan pasokan minyak, yang menyebabkan harga jatuh.

Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih menghadiri Pameran dan Konferensi Minyak Mentah Internasional Abu Dhabi (ADIPEC) pada 12 November di ibukota Emirat (Karim Sahib / AFP / Getty Images)

Riyadh - Menteri Perminyakan Arab Saudi, Khalid al-Falih mengatakan, kerajaan akan memangkas produksi minyak meski ada peringatan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Setelah Trump memberikan keringan sanksi kepada importir minyak Iran pada 5 November, Al-Falih menyatakan kekecewaannya kepada Gedung Putih. Ia mengatakan, saat ini ada kelebihan pasokan minyak, yang menyebabkan harga jatuh.

Sebelumnya, Trump mengkritik keputusan Arab Saudi memangkas produksinya lewat akun Twitteranya, "Semoga, Arab Saudi dan OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) tidak memangkas produksi minyak. Harga minyak harus jauh lebih rendah berdasarkan pasokan!"

Dari dulu, Trump mengeluh kebijakan OPEC dan kontrolnya atas harga minyak global. Pada Juli lalu, pasangan Melania itu menyebut organisasi itu memonopoli harga minyak.

"Harga gas naik dan mereka hanya berbuat sedikit untuk membantu. Yang ada, mereka mendorong harga lebih tinggi sementara Amerika Serikat membela banyak anggotanya untuk sangat sedikit $. Ini seharusnya timbal balik," kecam Trump lewat Twitternya

OPEC yang terdiri dari sebagian besar produsen minyak utama dunia, kebijakannya sangat mempengaruhi harga gas di seluruh dunia. Saat output tinggi, harga cenderung menurun ditingkat konsumen, sedangkan produksi yang lebih rendah meningkatkan harga di produsen.

Harga minyak beberapa pekan terakhir menurun, dengan patokan harga AS di bawah USD60 per barel, menurut Market Watch. Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group mengatakan, perselisihan antara Trump dan OPEC menyebabkan ketegangan di pasar global.

Arab Saudi adalah produsen minyak mentah terbesar di OPEC, meskipun AS dan Rusia saat ini menghasilkan lebih banyak minyak daripada kerajaan.

Menjelang putaran kedua sanksi Washington di Iran, Arab Saudi dan Rusia sepakat untuk meningkatkan output mereka untuk memastikan bahwa pasokan minyak global tetap stabil. Pengumuman menyusul niaknya harga minyak menjadi USD85 per barel di tengah kekhawatiran importir minyak.

Namun, karena harga menrun secara substansial dan Iran, saingan regional utama Arab Saudi, masih dapat mengekspor pasokannya ke pasar terkemuka, pihak kerajaan sedikit ketakutan, dan berencana mengurangi produksinya secara berlebihan.

Al-Falih belum menjelaskan berapa banyak produksi yang akan dipotong. Ia hanya mengatakan, para pejabat OPEC menyarangkan untuk mangkas satu juta barel per hari. Ia memperingatkan, organisasi tidak ingin mencekik ekonomi global.

Pengabaian Saudi yang jelas terhadap keinginan Trump datang pada saat ketegangan yang meningkat antara Washington dan Riyadh di tengah terbunuhnya jurnalis dan warga AS Jamal Khashoggi. Kontributor Washington Post diduga dimutilasi setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul bulan lalu.

KEYWORD :

Arab Saudi Donald Trump Harga Minyak




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :