Rabu, 17/04/2024 02:24 WIB

Capaian Empat Tahun Menteri Amran di Sektor Perternakan

Sejak pelaksanaan Upsus Siwab tahun 2017 hingga 4 November 2018 sudah lahir 2.385.357 ekor dari indukan sapi milik peternak.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan menyampaikan kinerja Kementan di sektor peternakan di Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (12/11)

Jakarta - Kinerja empat tahun terakhir dari 2015 hingga 2018 Kementerian Pertanian (Kementan) di sektor peternakan mengalami peningkatan yang signifikan.

Demikian kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), I Ketut Diarmita dalam acara Media Gathering di Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (12/11).

Dalam pemaparannya, Ketut menjelaskan bahwa populasi sapi dari tahun 2014 hingga 2017 mengalami kenaikan sebesar 12,6 persen. Populasi kerbau dari tahun 2014 hingga 2017 mengalami kenaikan sebesar 4,5 persen.

Demikian juga dengan populasi komoditas ternak lainnya, seperti babi, kambing, domba, ayam buras, ayam ras pedaging dan petelur, serta itik dari tahun 2014 hingga 2017 mengalami kenaikan seperti pada grafik dalam paparan.

"Terkait pengembangan komoditas sapi atau kerbau, telah terjadi loncatan populasi yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari rata-rata pertumbuhan populasi sapi atau kerbau dari periode tahun 2014-2017," terang Ketut.

Pada periode tersebut populasi sapi dan kerbau mengalami kenaikan pertumbuhan menjadi sebesar 3,83 persen per tahun, dibanding pertumbuhan populasi pada periode 2012–2014 dengan rata-rata pertumbuhan per tahunnya yang menurun sebesar 1,03 persen.


Sejak 2015-2016 Kementan melakukan percepatan populasi sapi melalui program Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB). Kemudian pada Oktober 2016 Kementan memperluas program ini dengan lebih mengoptimalkan pelayanan reproduksi kepada sapi-sapi milik peternak melalui Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting).

Sejak pelaksanaan Upsus Siwab tahun 2017 hingga 4 November 2018 sudah lahir 2.385.357 ekor dari indukan sapi milik peternak. Capaian kinerja kelahiran pedet dalam enam bulan kedepan, diprediksi akan bertambah lagi dan akan mencapai kurang lebih 3,5 juta ekor lebih.

"Ini bukti bahwa lompatan populasi sapi memang benar terjadi dibanding empat tahun periode sebelumnya," terang Ketut.

Berdasarkan perhitungan analisa ekonomi, jika harga anak sapi lepas sapih rata-rata sebesar 8 juta rupiah, sedangkan hasil Upsus Siwab 2017 – 2018 sebanyak 2.385.357 ekor ekor, maka akan diperoleh nilai ekonomis sebesar 19,08 triliun.

"Nilai yang sangat fantastis mengingat investasi program Uspsus Siwab 2017-2018 hanya sebesar Rp1,41 triliun, sehingga ada kenaikan nilai tambah di peternak sebesar Rp17,67 triliun rupiah," kata Ketut.

Dampak Upsus Siwab juga mampu menurunkan pemotongan betina produktif melalui kerjasama dengan Baharkam Polri. Pemotongan sapi dan kerbau betina produktif secara Nasional pada periode Januari sampai Agustus 2018 sebanyak 8.482 ekor. Jumlah pemotongan tersebut menurun 51,38 persen jika dibandingkan dengan pemotongan sapi dan kerbau betina produktif pada periode yang sama pada Tahun 2017.

Selain percepatan dalam peningkatan populasi sapi di dalam negeri, Upsus Siwab juga telah mampu menghasilkan sapi-sapi yang berkualitas dengan peningkatan kualitas sumber daya genetik ternak sapi.

Untuk meningkatkan produksi juga dilakukan pengembangan sapi bongsor atau yang disebut Belgian Blue yang memiliki perototan besar yang beratnya bisa mencapai di atas 1,2 – 1,6 kg per hari.

Hingga saat ini, sudah ada 99 ekor kelahiran sapi Belgian Blue yang berhasil dikembangbiakkan baik dari hasil Transfer Embrio (TE) maupun Inseminasi Buatan (IB) dan sudah ada sebanyak 276 ekor sapi bunting. Kementan menargetkan kelahiran 1.000 pedet Belgian Blue pada mendatang 2019 baik melalui Inseminasi Buatan maupun transfer embrio.

Terkait dengan perunggasan, khususnya ayam ras serta komoditas kambing atau domba sudah mencapai swasembada bahkan sudah berhasil diekspor ke beberapa negara tetangga.

Sedangkan untuk pemberdayaan unggas lokal, ternak kambing atau domba dan kelinci, serta untuk mewujudkan swasembada protein hewani dan sekaligus pengentasan kemiskinan masyarakat di pedesaan, maka Kementan meluncurkan program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja).

Program Bekerja memanfaatkan pekarangan masyarakat secara intensif untuk pertanian. Setiap rumah tangga prasejahtera atau miskin menerima bantuan ternak, yaitu: 50 ekor ayam yang dilengkapi kandang dan pakan selama enam bulan.

KEYWORD :

Sektor Peternakan Upsus Siwab Info Pertanian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :