Kamis, 18/04/2024 08:56 WIB

Minyak Arab Saudi Bikin Sanksi AS Tak Berkutik

Aldakhil menyarankan, agara Arab Saudi menggunakan produksi minyaknya sebagai senjata. Minyak mentah Brent Benchmark diperdagangkan sekitar USD80 per barel.

Putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (Foto: Bandar Algaloud/Saudi Kingdom Council/Anadolu Agency)

Riyadh - Beberapa jam setelah pernyataan pemerintah Arab Saudi akan membalas sanksi Amerika Serikat (AS), manajer umum jaringan berita satelit Al-Arabiya, Turki Aldakhil mengancam Washington dengan minyak USD200 dan mendekati negara itu ke Iran dan Rusia.

Aldakhil menyarankan, agara Arab Saudi menggunakan produksi minyaknya sebagai senjata. Minyak mentah Brent Benchmark diperdagangkan sekitar USD80 per barel.

"Jika harga minyak mencapai USD80 membuat marah Trump, tidak ada yang harus mengesampingkan harga yang melonjak menjadi USD100 hingga USD200, atau bahkan menggandakan angka itu," tulis Aldakhil.

Sejauh ini belum pasti, apakah negeri Petro Dolar itu akan memangkas produksi minyaknya secara sepihak. Namun jika Trump masih berulah, maka bukan tidak mungkin memilih opsi itu.

Selai itu, lanjut Aldakhil, pembelian senjata Saudi dari Washington dan perdagangan lainnya juga berpotensi bubar.

"Yang benar adalah bahwa jika Washington memberlakukan sanksi terhadap Riyadh, ia akan menikam ekonominya sendiri hingga mati, meskipun ia berpikir bahwa ia hanya menikam Riyadh!," tulisnya.

Melihat kemungkinan sanksi akan memiliki banyak konsekuensi di Timur Tengah,  Aldakhil akan mendorong Arab Saudi ke Rusia dan mendekati Rusia akan menyebabkan mendekati Iran.

"Dalam kasus menjatuhkan sanksi, Hamas dan Hezbollah dapat berubah menjadi teman-teman Arab Saudi daripada menjadi musuh," katanya.

Pangeran Mohammed telah secara agresif mempromosikan kerajaan sebagai tujuan investasi asing. Namun hilangnya Khashoggi menyebabkan beberapa pemimpin bisnis dan media untuk mundur dari konferensi investasi mendatang di Riyadh yang disebut Future Investment Initiative.

Salah satu pengusaha dan perusahaan yang disebut sudah membalkan perjalan ke negara itu adalah CEO Uber, sebuah perusahaan di mana Arab Saudi telah menginvestasikan miliaran dolar, serta miliarder Richard Branson.

Sebelum menghilang, Khashoggi mengkritik perang di Yaman, perselisihan diplomatik baru-baru ini dengan Kanada dan penangkapan aktivis hak-hak perempuan setelah pencabutan larangan mengemudi perempuan. Semua kebijakan itu dilihat sebagai inisiatif putra mahkota. (IRNA)

KEYWORD :

Arab Saudi Turki Jamal Khashoggi Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :