Kamis, 25/04/2024 17:23 WIB

Fakta dan Mitos Sarapan di Indonesia

Masih ada mitos bahwa sarapan sekadar pencegah rasa lapar, ketimbang membekali tubuh dengan sumber gizi, benarkah?

Ahli gizi Prof Hardinsyah (Foto: Ecka Pramita)

Jakarta - Menu sarapan pada umumnya cenderung masih belum memenuhi kebutuhan gizi yang lengkap dan seimbang. Hal ini lantaran pola kebiasaan konsumsi sarapan yang masih ‘sebutuhnya’.

Ada mitos yang berkembang bahwa sarapan sekadar pencegah rasa lapar, ketimbang membekali tubuh dengan sumber gizi yang bisa memberikan energi dan rasa kenyang lebih lama agar tubuh lebih siap beraktivitas.

Survei Diet Total (SDT) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) terhadap lebih dari 25.000 anak usia 6-12 tahun di 34 provinsi mengungkapkan hampir separuh anak (47,7 persen) belum memenuhi kebutuhan energi minimal saat sarapan. Bahkan 66,8 persen anak mengonsumsi sarapan dengan mutu gizi yang rendah, terutama rendah asupan vitamin dan mineral.

Tidak hanya anak usia sekolah, sebanyak 30 persen wanita dewasa juga tidak terbiasa sarapan, sementara 37 persen wanita dewasa juga belum menerapkan pilihan sarapan yang memenuhi kebutuhan energinya.

Berbicara mengenai kebiasaan sarapan, Ahli Gizi Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, mengatakan dibandingkan lima tahun tahun yang lalu, masyarakat terutama siswa sekolah, remaja dan wanita dewasa sudah semakin paham pentingnya sarapan dan  banyak yang menjadikan sarapan sebagai bagian kegiatan di pagi hari.

"Kita membutuhkan serat di dalam makanan agar gula darah yang dihasilkan jalannya pelan. Untuk orang dalam kondisi normal yang lambat itu penting, karena apa yang kita serap bisa menjadi sumber energi terutama untuk tubuh kita," ujarnya saat ditemui i acara peluncuran Nestle Nastum di Jakarta, Rabu (5/9).  

Sarapan menurut Prof Hardin harus memenuhi sebagian 15-30 persen kebutuhan gizi harian yang mengandung karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan serat. Rendahnya kandungan serat pangan karena rendahnya konsumsi bijian utuh, buah dan sayur.

"Variasi sarapan buah tidak melulu satu macam buah. Misalnya bisa dikombinasi dengan fruit salad, bisa membantu meningkatkan selera makan," tambahnya.
 
Orang tua, lanjut Prof Hardin harus memberikan contoh pada anak. Tidak hanya tergantung jenis tetapi juga kombinasinya. "Dilihat dari komposisi yang ada dalam asupan kita makan apakah memenuhi kriteria makanan sehat yakni makanan yang baik dan waktu yang tepat

KEYWORD :

Sarapan Anak Gizi Serat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :