Selasa, 23/04/2024 18:32 WIB

Perlu Satelit Khusus Pemantau Bencana

Untuk menunjang ketersediaan data, ada baiknya kita memiliki satelit khusus yang bisa memantau bencana.

IGEGAMA bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kamis (19/4)

Jakarta -  Ikatan Geograf Alumni UGM (IGEGAMA) bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan pentingnya pentingnya satelit khusus pemantau bencana.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati mengatakan pentingnya kolaborasi data antar instansi yang menangani kejadian bencana. Terutama antara BNPB, BMKG dan BIG.

"Pertukaran data seyogyanya bisa dengan cepat dilakukan sehingga early warning system bisa kita keluarkan sedini mungkin," kata mantan Rektor UGM tersebut dalam acara Talkshow Tanggap Bencana, Kamis (19/4).

"Untuk menunjang ketersediaan data, ada baiknya kita memiliki satelit khusus yang bisa memantau bencana. Kita bersama-sama harus terus mengampanyekan ke masyarakat tentang urgensi mengubah paradigma bencana dari respon menjadi pencegahan," sambungnya.

Selain Dwikorita, hadir juga Deputi bidang Informasi Geospasial Tematik BIG, Nurwadjedi, CEO PT Esri Indonesia,  Achmad Istamar, Dekan Fakultas Geografi UGM,  Aris Marfai dan  Direktur Pengurangan Risiko Bencana BNPB, Raditya Jati.

Dwikorita menjelaskan, pihaknya memiliki keinginan besar melakukan perubahan dalam penyediaan data dan informasi kebencanaan. Upaya tersebut tentu saja memerlukan kerjasama multi pihak.

"BMKG sendiri memperkenalkan program lompatan digital 4.0 mengantisipasi hal itu," jelasnya.

Sementara itu, Raditya Jati mengatakan bahwa BNPB telah bekerja keras dalam upaya mengurangi risiko bencana di tanah air. Kuncinya memang kolaborasi data yang mudah diakses.

Ia memaparkan, selama tahun 2016 terdapat 2.342 kejadian bencana, naik 35 persen dibandingkan tahun 2015. Menjelang pergantian tahun, rekapitulasi berbagai peristiwa menunjukkan peningkatan bencana di Indonesia. Dari data yang dikumpulkan terlihat bahwa jumlah bencana pada 2016 mencapai 2.342 peristiwa. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak pencatatan kejadian bencana pada 2002.

"Banyaknya kejadian bencana dari data tersebut mengakibatkan banyaknya jumlah warga yang terdampak bencana, Tercatat selama tahun 2017 sebanyak 3,2 juta pengungsi. Tingginya jumlah pengungsi dapat berdampak pada meningkatnya jumlah warga miskin. Sekitar 80 persen dari warga yang terdampak bencana alam ini akhirnya berstatus jadi miskin," katanya.

Untuk menghindari hal itu, bisa dilakukan melalui pengurangan risiko bencana. Salah satunya adalah dengan mengampanyekan paradigma kesiapsiagaan bencana pada masyarakat. Sehingga jumlah warga terdampak akan berkurang karena mereka telah sadar dan siap siaga ketika bencana terjadi," sambungnya.

KEYWORD :

IGEGAMA BNPB BMKG




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :