Bawang putih (Doc. Humastan)
Jakarta – Dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Supramana mengatakan, upaya pemenuhan kebutuhan bawang putih lewat impor ternyata tak selamanya aman. Kebijakan impor bawang putih ternyata membawa resiko masuknya hama penyakit baru yang belum ada di Indonesia.
Importasi bawang putih, kata Supramana, baik untuk konsumsi maupun benih akan beresiko membawa masuknya nematoda Ditylenchus dipsaci yang belum ada di Indonesia.
Nematoda batang ditylenchus dipsaci (Kuhn) Filipjev adalah salah satu nematoda yang paling merusak pada tanaman budidaya, menyebabkan luka pada batang dan daun di berbagai tanaman. Menurutnya ada sekitar 450 jenis tanaman budidaya yang dapat menjadi inangnya. Kerusakan terparah menurutnya terjadi pada bawang-bawangan (Alium spp).Supramana mengatakan, bawang putih di Maroko kerugiannya bisa mencapai 50 hingga 100 persen, sedangkan di wilayah Miditerania mencapai 70 persen hingga gagal panen. Penyebaran nematoda itu sendiri meliputi banyak negara diantaranya Eropa, Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan dan negara di kawasan Oceania.
Pemerintah sendiri telah memasukkan Ditylenchus dipsaci sebagai organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) kategori A1 atau OPTK yang belum ada di Negara Indonesia.
Dalam tulisannya, Supramana menyebutkan bahwa nematoda Ditylenchus dipsaci tergolong dalam migratory endoparasite (endoparasit berpindah) dan dapat menyerang seluruh bagian tanaman, baik yang berada di bawah permukaan tanah maupun seluruh bagian tanaman termasuk biji.
Supramana juga menyebutkan, pada fase tertentu nematoda ini akan bergerombol membentuk agregasi dan memasuki fase dorman atau anhidrobosis (disebut eelworm wool) pada permukaan bagian tanaman yang sakit. Pada bawang putih, wool nematoda biasanya terletak di sela-sela siung atau piringan dasar umbi dan umumnya pada umbi yang terinfestasi ringan di lapangan. Pada kondisi kering, wool nematoda ini dapat bertahan lebih dari 20 tahun.Kementan Bawang Putih Impor Hama