Sabtu, 20/04/2024 11:55 WIB

Pentingnya Cek Tekanan Darah Sendiri di Rumah

Para penderita hipertensi diimbau untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin di rumah.

Ilustrasi cek tekanan darah

Jakarta - Upaya pencegahan dan pengontrolan penyakit hipertensi di Indonesia sampai saat ini merupakan langkah penting yang tetap harus dilakukan dan ditingkatkan. Data mencatat, tren prevalensi penyakit ini masih terus meningkat, bahkan laporan BPJS pada akhir 2017 pun menunjukkan berbagai penyakit yang berkaitan dengan hipertensi langsung seperti gagal ginjal, stroke dan penyakit jantung, merupakan penyakit katastropik yang menyita biaya negara dalam jumlah sangat besar.

Mengukur tekanan darah secara rutin dianjurkan pada orang yang sudah terkena hipertensi, bahkan pada panduan hipertensi sebenarnya disarankan pada para penderita hipertensi untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin di rumah.  Fakta menunjukkan bahwa pengukuran tekanan darah di rumah yang dilakukan secara benar dan rutin serta menggunakan alat yang akurat lebih menunjukkan tekanan darah sebenarnya dibandingkan dengan pengukuran tekanan darah di klinik.

Beberapa kondisi dapat mengakibatkan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah, antara lain Whitecoat hypertension, yaitu kondisi klinis tekanan darah yang secara persisten tinggi di ruang kerja dokter namun di waktu yang lain atau di lingkungan rumah, tekanan darah pasien menjadi normal.

Dengan mengukur tekanan darah di rumah, selain didapatkan adanya rerata tekanan darah sebenarnya, namun juga akan didapatkan informasi besarnya variasi tekanan darah.

 Dr. dr. Yuda Turana, SpS, mengatakan seiring dengan tren global di Asia, beban hipertensi sangat tinggi, dengan beberapa negara terus mengalami tingkat kematian yang meningkat akibat penyakit kardiovaskular bersamaan dengan tingkat pengendalian dan kesadaran penyakit yang rendah.

 “Penelitian yang dilakukan oleh Kemenkes RI menunjukkan prevalensi hipertensi kisaran yang tidak berubah yaitu : 31.7 % pada data RKD 2007 dan 32.4% pada data data Survei Indikator Kesehatan Nasional 2016. Artinya, prevalensi penyakit ini cenderung tidak menurun, bahkan adanya trend yang meningkat karena data prevalensi pada Riskerdas 2013 menunjukkan prevalensi sebesar 26.5 %,” lanjutnya.

Ia menjelaskan data penelitian survey InaSH selama bulan Mei di seluruh Indonesia, dengan subjek sebanyak 71.894 orang, menunjukkan bahwa hipertensi meliputi semua tingkat pendidikan. Bahkan sekitar 46 persen terjadi pada subjek tanpa pendidikan formal. “Pada survei ini pun ada beberapa fakta menarik bahwa hampir 25 % subjek hipertensi laki-laki tidak mengukur tekanan darah dalam satu tahun terakhir dan yang telah terdiagnosis hipertensi hanya 61 % yang meminum obat hipertensi dan 30 % diantaranya masih merokok,” paparnya.

Fakta menunjukkan bahwa pengukuran tekanan darah di rumah yang dilakukan secara benar dan rutin dan menggunakan alat yang akurat lebih menunjukkan tekanan darah sebenarnya dibandingkan dengan pengukuran tekanan darah di klinik. Dengan mengukur tekanan darah di rumah, selain didapatkan adanya rerata tekanan darah sebenarnya, namun juga akan didapatkan informasi besarnya variasi tekanan darah. Misalnya saja 2 orang dengan hipertensi dengan rerata tekanan darah sama-sama 140/90.

“Tentulah yang saat pengukuran variasinya lebih besar akan berisiko terkena penyakit stroke, jantung dan ginjal. Sehingga penting, pada setiap individu dengan hipertensi untuk melakukan pengukuran sendiri tekanan darah di rumah,” ujarnya.

KEYWORD :

Kesehatan Cek Darah Hipertensi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :