Selasa, 16/04/2024 12:23 WIB

Kisah Anak-Anak Suku Moken

Untuk menguji apa yang dia temui Gislen melakukan eksperimen untuk melihat sebagus apa penglihatannya.

Anak Suku Moken

Jakarta - Tahun 1999, Anna Gislen dari University of Lund, Swedia sedang meneliti tentang berbagai macam cara penglihatan. Seorang rekannya menyarankan untuk pergi ke Suku Moken, sekelompok suku laut yang kerap berpindah-pindah yang ada di Thailand. Gislen bersama anak perempuannya yang waktu itu masih berumur enam tahun,  kemudian pergi ke Thailand dan tinggal bersama komunitas Suku Moken.

Cerita tentang Suku Moken dan Anna Gislen adalah salah satu artikel terbaik yang diterbitkan oleh BBC di tahun 2016. Suku Moken adalah suku laut yang rumahnya biasa berdiri di atas pancang-pancang yang ditancapkan di atas laut dangkal.

Saat berada bersama Suku Moken itu Gislen melihat bahwa anak-anak Suku Moken saat menyelam ke dalam laut mereka berburu hewan laut dengan membuka mata lebar-lebar. "Matanya terbuka lebar, dengan sigapnya mereka mengambil, kerang, siput, dan tripang tanpa ada kesulitan sama sekali." kata Gislen.

Untuk menguji apa yang dia temui Gislen melakukan eksperimen untuk melihat sebagus apa penglihatan anak-anak itu di dalam air. Anak-anak itu merasa senang untuk ikut eksperimen karena merasa itu sebagai permainan yang asik. Anak-anak itu harus menyelam kemudian mereka harus melihat ke sebuah papan yang digambari dengan garis horizontal atau vertikal.

Setiap kali anak itu melihat papan dari bawah air mereka harus melaporkan ke atas ke arah mana garis di papan itu mengarah. Tiap kali mereka menyelam dan balik, garis itu dibuat semakin tipis hingga makin sulit untuk dilihat. Ternyata mereka bisa melihat di bawah air dengan jelas, seperti mereka melihat di atas air.

Mengapa mereka bisa memiiiki kemampuan itu? Gisle punya dua teori yang di rumuskan, yang pertama adalah organ mata anak-anak itu telah beradaptasi sehingga telah mengubah cara mereka melihat, yang kedua adalah mereka memiliki kemampuan yang mereka pelajari agar mampu melihat di bawah air.

Gislen yakin bahwa teori yang pertama sepertinya tidak mungkin, karena jika terjadi perubahan secara fundamental di kornea mata mereka maka mereka tidak akan bisa melihat dengan baik di atas permukaan air. Gislen yakin bahwa kemampuan anak-anak suku moken adalah kemampuan yang bisa dipelajari oleh anak-anak pada umumnya. Caranya adalah dengan mengubah ukuran lensa mata (akomodasi) atau membuat pupil mata menjadi lebih kecil.

Setelah Gislen meneliti pupil anak-anak suku Moken, Gislen berkesimpulan bahwa tidak hanya mampu mengecilkan pupil mata tetapi mereka juga bisa mengubah ukuran lensa mata. "Kami harus membuat perhitungan matematik yang cocok untuk menghetahui bagaimana organ mata bisa punya kemampuan seperti mereka," kata Gislen.

Untuk menguji apakah anak-anak Suku Moken memang memiliki keistimewaan genetik dalam kemampuan mereka, Gislen kemudian mengundang anak-anak Eropa yang sedang berlibur di Thailand untuk "berlatih" bersama melihat di bawah air. Setelah 11 (sebelas) kali latihan ternyata anak-anak Eropa itu mampu memilki kemampuan yang sama dengan anak-anak Suku Moken.

Yang membedakan adalah anak-anak Eropa mengalami gangguan mata merah karena iritasi yang disebabkan air asin, sedangkan anak-anak suku Moken tidak mempunyai gangguan itu. "Inilah adaptasi yang dipunyai oleh anak-anak suku moken mereka memiliki kemampuan hingga 30 kali menyelam tanpa ada iritasi," kata Gislen.

Gislen kemudian balik ke negaranya Swedia untuk menuliskan hasil penelitian itu.

Sayangnya, setelah bencana Tsunami di Thailand tahun 2004, banyak pemukiman suku Moken yang hancur diterjang ombak. Sejak saat itu pemerintah Thailand telah memindahkan mereka ke daratan dan mempekerjakan mereka di taman nasional. Gislen yang menyempatkan untuk berkunjung kembali menyayangkan `kehilangan` itu.

"Sungguh sulit, pemerintah Thailand tentu ingin menyelamatkan warga mereka dan menyediakan fasilitas terbaik buat mereka tetapi saat mereka melakukan itu, suku itu menjadi kehilangan budayanya," kata Gislen.

KEYWORD :

Suku Moken Anna Gislen




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :