Sabtu, 20/04/2024 18:16 WIB

Dibanding Aksi Damai, Parade Kebhinekaan Dinilai Karbitan

Aziz meyakini ide Parade Kebhinekaan muncul setelah adanya Aksi Damai 4 November

Aksi 4 November

Jakarta - Mantan Kepala Pusat Pembinaan Mental Tentara Nasional Indonesia (Bintal TNI) Brigjend (Purn) Aziz Ahmadi menilai dibandingkan dengan Aksi Damai 4 November, Parade Kebhinekaan terkesan karbitan. Menurutnya, Parade Kebhinekaan sebenarnya diselubungi berbagai rekayasa untuk menunjukkan sebagai kelompok paling sah mewakili pandangan NKRI.   

"Parade Kebhinekaan, begitulah rekayasa dan tajuk kegiatannya. Inilah sejumlah warga negara yang merasa amat paling peduli kepada NKRI berikut segala narasi keberagamannya," ujar Aziz kepada Jurnas.com di Jakarta, Minggu (20/11/2016).

Aziz meyakini ide aksi Parade Kebhinekaan muncul setelah adanya Aksi Damai 4 November tuntut pemerintah untuk menuntaskan kasus penistaan agama yang melibatkan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). 

Aziz menganggap Parade Kebhinekaan tidak sama sekali mengisyaratkan sebuah aksi yang tulus. Menurutnya, Parade Kebhinekaan tak menunjukkan sikap ideologis yang sebenarnya hanya sebuah gerakan palsu untuk merespons Aksi Damai 4 November.

"Kenapa?. Suka atau tidak, langsung atau tidak, ide dan kegiatan konyol itu dipicu oleh Aksi Damai I dan II ummat Islam yang amat mengesankan dan menggetarkan. Sebuah aksi yang sesungguhnya terlalu mewah hanya untuk menghadapi Ahok yang menistakan ulama dan Al-Quran. Sesungguhnya, tidak perlu demo damai seperti itu, jika saja pemerintah peka, tanggap dan tidak berstandar ganda. Itulah kemudian yang memantik munculnya tuntutan kepada pelindung Ahok," ungkapnya. 

Aziz mengungkapkan Aksi Damai 4 November bergerak begitu masif dengan keterlibatan utuh dari umat Islam. Faktornya, kata dia, karena ada wujud luapan dari akumulasi kemuakan terhadap Ahok. 

"Timbunan kesabaran dan toleransi yang menembus batas-batasnya karena terus diinjak-injak dan dilecehkan oleh Ahok. Ibarat luka, masyarakat sudah sekian lama menahan pedih dan perih. Selama itu mereka bisa menahan diri seraya hanya berani merintih lirih. Tapi, dari hari ke hari, selalu dan senantiasa, Ahok menyirami terus dengan air garam di atas luka, melalui kesombongan, kebrutalan dan kekasaran kata dan sikapnya," ungkapnya.

Hebatnya, lanjut Aziz, sebagian warga dan pemerintah bisa diperdaya Ahok dengan timnya. Dengan menghalalkan segala cara, kata Aziz, Ahok tidak henti-hentinya mengelak dari tuduhan tindakan penistaan agama.

"Ketika dikritik, Ahok mengelak yang tanpa disadari, elakannya mencerminkan apa yang ada dalam alam bawah sadarnya. Agaknya, Ahok atau Ahoker, menderita syndrome minority complex yang akut. Mengelak dari kritikan, Ahok dengan sengaja atau tidak, mengarahkan serangan, agar mengenai sindrom minoritasnya yakni Cina ras atau sukunya dan Kristen, agamanya," ucap Aziz.

Sementara itu, Parade Kebhinekaan digelar di area Bundaran Patung Kuda, Jakarta, Sabtu kemarin (19/11/2016). Acara tersebut diklaim melibatkan ribuan peserta dari berbagai daerah di Indonesia.

Namun kenyataannya, Parade Kebhinekaan hanya melibatkan segelintir orang yang tidak sesuai dengan pengakuan penanggung jawab acara. Bahkan salah satu media nasional terkenal di Indonesia menyatakan aksi tersebut hanya diikuti 500 orang peserta.

KEYWORD :

Parade Kebhinekaan Mantan Kepala Bintal TNI Berigjend (Purn) Aziz Ahmadi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :