Presiden Duterte Maju Jadi Calon Wapres dalam Pemilihan 2022

Selasa, 24/08/2021 17:52 WIB

Manila, Jurnas.com - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte setuju untuk menjadi calon wakil presiden dari partai politik yang berkuasa dalam pemilihan tahun depan. Demikian kata partai PDP-Laban pada Selasa (24/8).

Partai PDP-Laban membuat pengumuman menjelang majelis nasional pada 8 September di mana ia juga diharapkan mendukung ajudan Duterte dan senator petahana Christopher "Bong" Go untuk menjadi kandidat presidennya dalam pemilihan 2022.

"Duterte membuat pengorbanan dan mengindahkan keributan rakyat," kata Karlo Nograles, wakil presiden eksekutif dari partai PDP-Laban yang berkuasa, dalam sebuah pernyataan.

Di Filipina, presiden dibatasi satu kali masa jabatan enam tahun dan masa jabatan Duterte akan berakhir pada Juni tahun depan. Namun, pencalonan wakil presidennya dilihat oleh pengamat politik sebagai pintu belakang ke kursi kepresidenan.

Nograles mengatakan langkah itu akan menjamin kelangsungan program pemerintah selama lima tahun terakhir, termasuk yang dimaksudkan untuk mengatasi obat-obatan terlarang.

Kritikus Duterte percaya dia bisa membuat permainan untuk mempertahankan kekuasaan melalui pos nomor dua, dengan mengambil alih sebagai presiden jika sekutu Go menang dan kemudian mengundurkan diri.

Duterte, yang menggambarkan dirinya sebagai presiden yang enggan tanpa keinginan untuk berkuasa, dalam beberapa kesempatan mengatakan dia ingin Go menjadi penggantinya.

Pengesahannya pada tahun 2019 membantu Go menjadi senator, sebuah jabatan yang ia emban di samping tugasnya sebagai ajudan pribadi Duterte.

Go telah menjadi pembantu terdekat pria berusia 76 tahun itu sejak akhir 1990-an, ketika Duterte menjadi anggota kongres yang mewakili Kota Davao di selatan negara itu.

"Saya masih tidak tertarik (di kursi kepresidenan)," kata Go, yang memimpin komite kesehatan senat, kepada Reuters. "Vaksin dulu, sebelum politik," tambahnya.

Duterte mengatakan ingin melindungi dirinya dari kemungkinan tindakan hukum ketika meninggalkan kantor. Itu mungkin termasuk kemungkinan penyelidikan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk kejahatan terhadap kemanusiaan.

Jaksa ICC telah meminta lampu hijau untuk meluncurkan penyelidikan formal atas pembunuhan yang dilakukan selama perang Duterte melawan narkoba. (Reuters)

TERKINI
Dunia Alami Krisis Guru, Ini Saran PGRI ke Pemerintah Genjot Penjualan di China, Toyota Gandeng Tencent Toyota Kenalkan Dua Varian Mobil Listrik untuk Pasar China Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh