Protades Selamatkan `Nyawa` Desa, Pangkas Birokrasi Halau Pungli

Rabu, 28/07/2021 12:05 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Kemajuan teknologi membawa banyak perubahan di kehidupan manusia. Secara positif, kemajuan itu tentu orientasinya demi kemaslahatan orang banyak demi mengembangkan diri dan memperbaiki kehidupan.

Juni Prayitno adalah salah satu contohnya. Pria kelahiran Kendal, Jawa Tengah 9 Juni 1997 ini berhasil menciptakan teknologi dalam bentuk aplikasi. Namanya Program Digitalisasi Letter C Desa disingkat Protades, aplikasi yang kini sudah dimanfaatkan ratusan desa di Indonesia.

"Pengguna Protades sudah ada 439 desa yang tersebar di 31 Kabupaten se Indonesia, paling banyak di Jawa Tengah," ungkap Juni saat dihubungi, Selasa (27/7/2021) malam.

Menjadi Founder Protades, tidak saja menempatkan Juni di antara jajaran programmer aplikasi yang inovatif. Juga mendudukkannya sebagai tokoh muda yang visioner.

Protades yang kini masuk dalam Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2021 itu, di-launching pertama kali 14 Juni 2017 di Desa Kebongebong, Kabupaten Pagaruyung, Kabupaten Kendal, desa dimana pria lulusan SMKN 5 Kendal jurusan Rekayasa Perangkat Lunak ini dilahirkan.

Launching tersebut sebagai aplikasi versi pertama dalam konteks uji coba. Berlanjut di tahun 2018, program tersebut terus dibenahi oleh Juni dan namanya kemudian diganti menjadi program Letter C-Desa. Sementara di tahun 2019, program itu terus dikembangkan dan kembali berganti nama menjadi Protades, menyusul kepemilikan hak paten.

Ihwal Ide Menyelamatkan Letter C

Pasca-menyelesaikan studi di SMKN 5 Kendal, berbekal ilmu yang diampu selama sekolah serta peralatan seadanya, Juni membuka usaha service komputer dan mendirikan usaha sendiri yang ia beri nama DJ Komputer Indonesia. Tepatnya tanggal 14 September 2015.

"Waktu itu belum pembuatan software," kata Juni kepada media dalam sebuah kesempatan, Juli 2021.

Sembari menjalankan usaha, Juni melakukan penelitian di sejumlah desa di Kendal, di antaranya di Desa Kalipakis, Sukorejo. Awalnya, ia menawarkan pembuatan website desa namun tak mendapat respon positif.

Sebaliknya, desa-desa yang ia kunjungi rerata mengeluhkan Letter-C yang terus menjadi pemicu konflik di antara masyarakat. Pasalnya, berkas Letter-C telah berusia tua karena dibuat sejak tahun 1960-an dan karenanya rentan rusak bahkan hilang.

"Padahal Letter C ini nyawanya desa, karena arsip vital, dan karena jika hilang bisa menimbulkan masalah desa. Itulah makanya saya ciptakan Protades," kata Juni.

Protades, Menghemat Birokrasi Menghalau Pungli

Juni yang kini melanjutkan studi di STIMIK HIMSYA jurusan Teknik Informatika dan sedang menjalani semester 4 ini mengatakan, program aplikasi yang ia sebut sebagai manifestasi era 4.0 tersebut, berfungsi mengarsipkan Letter-C secara digital.

Pengarsipan yang tersistem dalam sebuah aplikasi dan online, menjadikan pencarian data lebih mudah dan tidak lagi membutuhkan waktu berminggu atau berbulan-bulan.

"Dengan adanya Protades ini, karena sudah ada aplikasi dan tersistem, tinggal ngetik data tanah, maka akan muncul riwayat tanah," kata Juni.

Tidak itu saja, Protades juga memangkas birokrasi yang terkadang njlimet dan panjang, yang memungkinkan munculnya praktik pungutan liar.

"Dengan aplikasi ini, tidak lagi ada alasan. Dan ini juga mendukung program pemerintah pak Jokowi, PTSL, dengan Protades pengurusan sertifikat tanah bisa dipangkas menjadi tiga bulan bahkan lebih cepat, yang sebelumnya bisa sampai 6 bulan," paparnya.

Semakin kemari, program aplikasi Protades kian diminati. Desa-desa pengguna aplikasi semakin mampu dan mudah melayani. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah desa pun semakin tinggi.

"Respon mereka alhamudilillah, sudah diverifikasi juga oleh Kemenpan, ada dua hal bermanfaat kepada desa, mempermudah pengarsipan desa dan pelayanan semakin membaik. Kedua, dampaknya ke masyarakat, jadi dimudahkan, pelayanan desa itu cepat dan tingkat kepercayaan masyarakat meningkat," urai Juni.

Butuh Dukungan Pemerintah Pusat

Meski demikian tinggi respon terhadap aplikasi yang ia gawangi, Juni berharap pemerintah pusat berkenan memberi hati, agar aplikasi itu terus membumi.

Pemerintah Pusat, menurut Juni diminta mengikuti jejak Kabupaten Kendal. Di daerah itu, mayoritas desa sudah menggunakan Protades. Ini berkat dukungan Pemerintah Kabupaten yang telah mengeluarkan edaran agar aplikasi tersebut digunakan oleh pemerintah desa.

"Kalau di kendal sudah ada dukungan, surat edaran tahun kemarin 2020, dan agustus 2021 ini targetnya sudah seluruh desa menggunakan, tinggal 76 desa lagi," ungkapnya.

Dikatakan, dukungan pemerintah pusat memang sangat dibutuhkan. Aplikasi Protades tentu masih dapat disempurnakan jika saja Juni diberi dukungan untuk membentuk tim mengembangkan aplikasi itu.

"Harapan saya bisa membawa nama Kendal di kancah nasional, dan pemerintah nasional bisa merespon,
jika bisa ada dana dukungan untuk mengembangkan aplikasi ini, kedepan saya ingin punya tim, untuk menyempurnakan aplikasi ini," harapnya.

"Dan saya juga sedang mengembangkan aplikasi Bumdes, karena saya lihat di online sudah ada SID (Sistem Informasi Desa), sementara Bumdes belum ada, bisa dilihat di Jurnal Bumdes.ID, dan
itu untuk mengembangkan transparansi dan mengembangkan ekonomi kreatif," tukasnya.

Juni, Kisah Sukses dari Keluarga Sederhana

Meneliti sudah menjadi keinginan Juni sejak lama. Ia suka menciptakan hal-hal baru. Di kelas 3 SMK, Juni mengaku sudah mendisain logo perusahaan sendiri dan telah mempostingnya di laman facebooknya. Juni, karakter yang gigih mengembangkan diri.

Apa yang kini telah dihasilkan Juni yang lahir sebagai anak tunggal, bukan sebab berasal dari keluarga kaya nan terpandang. Sukat, ayahnya dan Ruswati ibunya, pasangan suami istri yang hidup sederhana di Desa Kebongebong. Meski sederhana, keduanya terus mendorong agar Juni menjadi orang yang sukses.

Keuletan yang ia miliki, didukung pula motivasi yang ia peroleh dari sekolah dimana ia belajar. Juni menyebut, SMKN 5 Kendal merupakan sekolah yang mendidik muridnya agar mandiri.

Padahal, pengakuan Juni, ia sejatinya memiliki karakter yang tak disukai lingkungannya karena cenderung introvert. Karena itu pula, ia kerap dirisak oleh masyarakat.

"Saya dibuli terus di masyarakat, saya kan introvert kan, menyendiri, belajar sendiri, mungkin karena latar belakang, tapi dari situ menjadi salah satu motivasi keluar zona nyaman, out of the box," pungkasnya.

Peran keluarga, sambung Juni memang memiliki andil besar hingga ke pencapaiannya saat ini. Termasuk dari Nadia Apriliani, sang istri dan putrinya Nadhira Hafizah Prayitno yang kini menginjak usia 2 tahun.

"Kalau sekarang, dukungan terbesar itu dari istri, dia sabar menyemangati saya, apalagi sekarang belum terlalu fit. Karena dua tahun ini saya kan sakit mas, kayak asam lambung akut gitu, jadi selama saya sakit, ya istri berperan sangat besar memotivasi, perjuangan yang luar biasa," kata Juni.

Koekraf Kendal: Protades Luar Biasa

Ketua Komite Ekonomi Kreatif (KOEKRAF) Kabupaten Kendal, Joko Tusyawan mengapresiasi tinggi aplikasi Protades hasil karya Juni Prayitno.

"Sangat luar biasa dengan apa yang sudah diciptakan Juni prayitno, karena di kondisi sekarang, dia menjadi generasi muda yang mengembangkan aplikasi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat," kata Juni.

Bagi kami kengapa sangat mengapresiasi karya ini, karena menyongsong pengembangan ekonomi kreatif,tentu dengan yakni jargon industri 4.0 dengan pengembangan

Digital, aplikasi dan game, dan ini sangat terkait dengan apa yang disebut targetnya pak Jokowi, sub sektor, pengembangan aplikasi digital.

Menurutnya, Protades telah menjadi babak baru untuk menyelesaikan beragam konflik tanah di masyarakat.

`"Juni berhasil mengembangkan potensi, berdasarkan kondisi faktual, misalnya konflik tanah yang disebabkan tidak ada data yang lengkap, jadi sering memicu konflik krusial bahkan turun temurun, bahkan bisa jadi konflik berdarah darah pada kenyataannya," katanya.

Joko bahkan menilai, secara visioner Protades dapat dikembangkan menjadi program nasional untuk mendorong data tanah masyarakat yang terintegrasi hingga ke daerah.

"Tidak ada lagi nanti statemen ini tanah kepemilikannya siapa, kalau terintegrasi secara nasional jadi tahu persis aset negara seperti apa dan dimana saja, yang selama ini, yang terjadi orang-orang yang punya akses dan punya kapital yang bisa mwnguasai dan mengakuisisi itu, ya lobi-lobi politiknya," imbuh Joko.

"Dan Ini juga bisa jadi potensi pemasukan besar bagi bangsa," timpalnya.

Soal dukungan terhadap Juni, Joko menyebut Koekraf Kendal telah memberi andil yang besar. Misalnya dukungan pembuatan video pendek tentang fungsi dan kegunaan aplikasi Protades yang dipersentasekan dihadapan dewan juri KIPP.

"Sudah dipersentasekan, dan mudah-mudahan dua minggu lagi mungkin muncul akan masuk di Top 40 KIPP dan semoga masuk di 3 besar nasional," ujarnya.

Selain dukungan teknis, dorongan agar aplikasi Protades masuk dalam regulasi level provinsi juga telah dilakukan. Pihaknya kini tengah mendorong agar Protades menjadi pilot project sektor pertanahan di Provinsi Jawa Tengah.

"Karena aplikasi ini kan sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi. Jadi tidak bisa tidak mendukung temuan ini, lewat regulasi juga akan kita upayakan, kita juga akan gandeng anggota dewan untuk mengawal temuan-temuan seperti ini, dengan aplikasi ini akurasi data pertanahan akan lebih terjamin," kata Joko.

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2