Sabtu, 10/07/2021 23:45 WIB
Venice, Jurnas.com - Terus bermunculannya varian baru virus Covid-19 mengancam pemulihan ekonomi global. Menteri Keuangan Negara G20 menilai, kondisi ini diperparah dengan buruknya akses vaksin di negara-negara berkembang.
Pertemuan G20 di kota Venesia, Italia yang berlangsung tatap muka untuk pertama kalinya sejak pandemi, juga mendukung upaya menghentikan perusahaan multinasional mengalihkan keuntungan ke surga pajak rendah.
Hal itu membuka jalan bagi para pemimpin G20 untuk menyelesaikan tarif pajak perusahaan minimum global baru sebesar 15 persen, pada pertemuan puncak Roma pada Oktober mendatang, sebuah langkah yang dapat memulihkan ratusan miliar dolar untuk perbendaharaan publik yang tertekan di bawah krisis Covid-19.
"Pemulihan ditandai oleh perbedaan besar di dalam negara dan tetap terkena risiko penurunan, khususnya penyebaran varian baru virus COVID-19 dan kecepatan vaksinasi yang berbeda," demikian bunyi pernyataan G20 dikutip dari Reuters pada Sabtu (10/7).
Dunia Usaha Berharap Stabilitas Politik Terjaga Demi Pemulihan Ekonomi
Pemulihan Ekonomi, Pemerintah Harus Perhatikan Sektor yang Belum Pulih
Belanja APBN Produktif Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional
"Kami menegaskan kembali tekad kami untuk menggunakan semua alat kebijakan yang tersedia selama diperlukan untuk mengatasi konsekuensi buruk dari COVID-19," tambahnya.
Perbedaan tingkat vaksinasi antara orang kaya dan miskin di dunia tetap besar. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut perbedaan itu merusak upaya menjinakkan penyebaran virus.
Sementara beberapa negara terkaya telah memberikan lebih dari dua pertiga warganya setidaknya satu suntikan vaksin, angka itu turun jauh di bawah 5 persen untuk sebagian besar negara Afrika.
Brandon Locke, dari kelompok nirlaba kesehatan masyarakat The ONE Campaign, mengecam apa yang dia gambarkan sebagai kelambanan G20.
"Tidak hanya akan merenggut nyawa di negara-negara miskin, itu meningkatkan risiko varian baru yang akan mendatangkan malapetaka di negara-negara kaya," tegas Brandon.