Korea Selatan Laporkan Rekor Tertinggi Ketiga Kasus COVID-19 Berturut-turut

Sabtu, 10/07/2021 09:19 WIB

Seoul, Jurnas.com - Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengatakan, Korea Selatan mencatat jumlah infeksi harian baru COVID-19 tertinggi dalam 24 jam terakhir.

Mulai Senin, pembatasan COVID-19 akan diperketat ke tingkat seketat mungkin di Seoul dan wilayah tetangga untuk pertama kalinya, kata Korea Selatan pada Jumat, ketika rentetan rekor kasus baru mengipasi kekhawatiran.

Negara ini melaporkan 1.378 kasus COVID-19 baru pada Jumat tengah malam, naik dari rekor Kamis sebelumnya, yaitu 1.316 per hari.

Korea Selatan sejauh ini bernasib lebih baik daripada banyak negara industri dalam infeksi dan kematian, dengan tingkat kematian 1,22 persen dan jumlah kasus parah pada 148 pada hari Jumat, yang jauh lebih rendah dari puncak sebelumnya pada akhir Desember.

Namun, tren yang meningkat telah memicu peringatan bahwa jumlah kasus baru mungkin hampir dua kali lipat pada akhir Juli.

Peningkatan kasus itu menyebabkan pembatasan yang lebih ketat oleh pemerintah termasuk orang-orang yang disarankan untuk tinggal di rumah sebanyak mungkin dan pertemuan sosial dibatasi untuk dua orang setelah jam 6 sore dari jam empat pagi sebelumnya.

Sekitar 11 persen dari 52 juta penduduk Korea Selatan telah menyelesaikan vaksinasi, termasuk menerima kedua suntikan untuk vaksin yang membutuhkan dua dosis, sementara 30 persen telah menerima satu dosis, kata KDCA dalam sebuah pernyataan.

Negara ini bertujuan untuk mencapai kekebalan kelompok sebelum November dengan menginokulasi 70 persen masyarakat dengan setidaknya satu suntikan pada bulan September.

Total infeksi COVID-19 Korea Selatan hingga saat ini mencapai 166.722, dengan 2.038 kematian.

TERKINI
Rusia Gunakan Hampir 70 Bom Udara, Ukraina Hanya Bisa Mengusir dengan Jatuhkan 13 Drone Dikepung Drone dan Polisi, Pemerintah AS Bungkam Aksi Mahasiswa Pro-Palestina Tersangka Gembong Kejahatan Dunia Maya asal Rusia Hadapi Persidangan di California Protes Mahasiswa anti-Perang di AS dan Penggerebekan Polisi Kacaukan Rencana Kelulusan