Selasa, 08/06/2021 11:09 WIB
New York, Jurnas.com - Amerika Serikat (AS) berhasil merebut kembali sebagian besar uang tebusan senilai US$4,4 juta, yang dibayarkan kepada kelompok peretas (hacker), yang mengganggu saluran Pipa Kolonial bulan lalu.
Kelompok DarkSide, yang menurut otoritas AS diperkirakan beroperasi dari Eropa timur dan mungkin Rusia, menyusup ke saluran pipa bulan lalu. Akibatnya, pasokan minyak selama beberapa hari terganggu, dan menyebabkan kekurangan bahan bakar.
Menurut perusahaan, dikutip dari BBC pada Selasa (8/6), pipa tersebut membawa 45 persen pasokan solar, bensin, dan bahan bakar jet di Pantai Timur.
Pada Senin (7/6) kemarin, Wakil Jaksa Agung Lisa Monaco mengatakan para penyelidik telah menemukan dan merebut kembali 63,7 Bitcoin senilai US$2,3 juta. Sejak tebusan dibayarkan, nilai Bitcoin telah turun tajam.
Jaksa Selidiki Peretasan Telepon Anggota Parlemen Oposisi Polandia saat Partainya Masih Berkuasa
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
Dwayne Johnson Rahasiakan Pilihannya untuk Pilpres 2024 AS Mendatang
Sementara itu Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa Presiden AS Joe Biden akan mengangkat masalah serangan ini dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin, dalam pertemuan yang direncanakan bulan ini.
Sebagaimana diketahui, Pipa Kolonial atau Colonial Pipeline berubah offline pada Jumat, 7 Mei 2021 setelah terkena serangan siber.
Dalam sebuah pernyataan, Kepala Eksekutif Saluran Pipa Kolonial Joseph Blount menyebut perusahaannya berterima kasih atas kerja cepat dan profesionalisme FBI, yang membantu memulihkan uang tebusan.
"Menuntut pertanggungjawaban penjahat dunia maya dan mengganggu ekosistem yang memungkinkan mereka beroperasi adalah cara terbaik untuk mencegah dan mempertahankan diri dari serangan di masa depan," tambahnya.