Hari Buku Nasional, JAPI: Perbanyak Subsidi Buku dan Para Penulis

Selasa, 18/05/2021 08:05 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Jaringan Pemuda Indonesia (JAPI) meminta Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristekdikti menjadikan momentum Hari Buku Nasional (Harbuknas) untuk meningkatkan minat membaca buku masyarakat, karena membaca adalah gerbangnya ilmu.

Ketua Koordinator Nasional (Kornas) JAPI, Iradat Ismail menyampaikan gagasan agar Mendikbud-Ristekdikti Nadiem Makarim mengeluarkan kebijakan berupa subsidi buku gratis bagi generasi muda dan masyarakat umum.

"Perlu diperbanyak subsidi buku gratis, serta memberikan subsidi kepada para penulis, karena keduanya memiliki peran penting dalam mendorong kesadaran literasi generasi bangsa," kata Iradat di Jakarta, Selasa (18/5/2021).

Mantan Ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) Maluku Utara ini menjelaskan, perkembangan teknologi digital yang sangat pesat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi masyarakat, terutama generasi muda.

Di satu sisi banyak informasi yang berseliweran, namun di sisi lain tidak ada alat yang cukup untuk menyeleksi kebenaran informasi itu. Kelemahan dalam literasi buku membuat masyarakat gampang terpengaruh oleh hoaks.

"Maka perlu semangat literasi, sehingga dapat meminimalisir potensi termakan hoaks dalam kehidupan berbangsa. Dengan rajin membaca buku, masyarakat akan punya banyak referensi dalam menilai segala sesuatu," papar Iradat.

"Oleh karena itu, kami tegaskan sekali lagi momen Harbuknas jangan hanya dilakukan peringatan seremonial belaka. Pemerintah melalui Kemendikbud-Ristekdikti harus melakukan terobosan dengan tindakan nyata," ungkap Iradat.

Salah satu deklarator Forum Alumni Pelajar Islam Indonesia (FAPII) ini juga mengingatkan bagaimana Harbuknas adalah momen terpenting dalam perjalanan sejarah bangsa.

Bangsa Indonesia yang begitu besar baru mencanangkan peringatan Hari Buku Nasional pada tahun 2002, atau empat tahun setelah Reformasi.

Harbuknas ini digagas oleh Abdul Malik Fajar, Menteri Pendidikan Nasional di era kabinet Gotong Royong.

Gagasan Malik Fajar itu berangkat dari situasi bangsa Indonesia yang masih mempertahankan tradisi lisan dibanding tradisi membaca. Tingkat melek huruf negara kita masih sangat rendah dibandingkan dengan negara lain.

Berdasarkan riset dari central Connecticut state university (maret 2016) Indonesia berada pada peringkat ke 60 dari 61 negara untuk masalah minat baca. Posisi Indonesia ada di bawa Thailand dan di atas Botswana.

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2