Sabtu, 23/01/2021 16:24 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan mengingatkan pemerintah untuk berhati hati dan melakukan evaluasi terhadap kondisi utang luar negeri. Pasalnya, utang luar negeri Indonesia selama enam tahun mencapai sebesar Rp.3.148,09 Trilun atau melonjak 124% dari periode pemerintahan sebelumnya.
Ia menilai bahwa besarnya utang negeri yang dimiliki Indonesia harusnya bisa berkurang bila prioritas pembangunan diterapkan pemerintah untuk dikelola dengan baik dengan memprioritaskan penanganan kesehatan dan ekonomi Rakyat UMKM.
“Utang luar negeri yang semakin membludak akan semakin membebani keuangan negara di tengah Pandemi Covid-19 dan akan menimbulkan banyak masalah sementara ekonomi Rakyat belum membaik .”, ungkap Syarief.
Apalagi, The World Bank juga telah merilis laporan International Debt Statistics (IDS). Dalam laporannya, Bank Dunia memasukkan Indonesia ke dalam daftar 10 negara berpendapatan kecil dan menengah dengan utang luar negeri tertinggi di dunia. Indonesia persis menempati urutan ke-6.
Wakil Ketua MPR: Pemerintah Sebaiknya Fokus Tingkatkan Kompetensi Pekerja Domestik
Peringatan Hari Pendidikan Nasional Harus Mampu Bangkitkan Semangat Wujudkan Merdeka Belajar
Ketua MPR Ajak Seluruh Elemen Bangsa Perkuat Persatuan Indonesia
Dalam laporannya, Bank Dunia juga menyebutkan bahwa terjadi peningkatan posisi utang luar negeri Indonesia sebesar 5% dari tahun 2018 yang tercatat sebesar US$ 379,58 Miliar.
Bahkan, apabila dibandingkan posisi utang luar negeri Indonesia tahun 2019 dengan 10 tahun sebelumnya maka ada peningkatan hingga 124%. Adapun posisi utang luar negeri Indonesia 10 tahun lalu di 2009 hanya sebesar US$ 179,40 miliar.
“PNB Indonesia berkisar Rp. 15.779,7 oTriliun. Dengan Utang Luar Negeri mencapai Rp.6098,2 Triliun berarti rasionya berkisar 38,64%. Kondisi ini menunjukkan pengelolaan utang Indonesia semakin memburuk. Indikator ini juga menunjukkan kemampuan membayar utang Indonesia semakin memburuk.”, tegas Syarief.
Keyword : Kinerja MPRSyarief Hasan Utang Rasio World Bank