Gesekan Perdagangan China-AS Disebut akan Berlanjut di Bawah Kepemimpinan Biden

Jum'at, 13/11/2020 21:45 WIB

Beijing, Jurnas.com - Mantan Menteri Keuangan China, Lou Jiwei mengatakan, perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China kemungkinan tidak akan mereda dalam waktu dekat bahkan jika Joe Biden menjadi presiden.

Lou, yang sekarang sudah pensiun dan menjabat sebagai anggota badan konsultatif di parlemen China, membuat pernyataan selama KTT Caixin di Beijing pada Jumat (13/11).

Ketika ditanya tentang prospek hubungan ekonomi dan perdagangan AS-China, mantan menteri yang blak-blakan Lou mengatakan, "Bahkan jika Biden terpilih, penindasan AS terhadap China tidak akan terhindarkan."

Lou menyerukan pragmatisme dalam hubungan perdagangan AS-China, mengatakan sulit bagi Washington untuk memotong defisit perdagangannya, mengingat posisi dolar sebagai mata uang global yang dominan.

"Setelah empat tahun, defisit perdagangan (dengan China) masih melebar. Kita perlu kembali ke akal sehat dan kembali ke sains. Setiap orang harus masuk akal," kata Lou.

Trump melancarkan perang perdagangan pada pertengahan 2018, menuntut China melakukan reformasi struktural besar-besaran untuk membuka pasarnya dan membeli lebih banyak dari Amerika Serikat.

Sejak itu, kedua negara telah memberlakukan tarif yang memengaruhi barang bernilai miliaran dolar, menyebabkan guncangan parah pada rantai pasokan global. Tetapi Lou mengatakan akan sangat optimis tentang hubungan perdagangan jika Trump tetap menjabat.

Trump juga menyerukan perubahan dalam cara Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menunjuk negara berkembang, mengeluh negara seperti China  mengambil keuntungan yang tidak adil dari status mereka sebagai negara berkembang di bawah aturan WTO yang memungkinkannya mempertahankan tarif yang lebih tinggi dan hambatan perdagangan lainnya.

Badan yang bermarkas di Jenewa saat ini sedang mencari direktur jenderal berikutnya setelah Roberto Azevedo dari Brasil mengundurkan diri setahun awal Agustus.

Duta Besar Uni Eropa untuk China, Nicolas Chapuis mendesak reformasi organisasi multinasional khususnya WTO, dengan globalisasi menghadapi krisis.

China juga perlu memainkan peran yang lebih besar dan maju dari status WTO-nya saat ini sebagai negara berkembang, kata Chapuis di Caixin Summit. "China di WTO hari ini bukanlah China di WTO tahun 2001," kata Chapuis.

"Kami berharap China dapat memberikan ide, saran, dan bahwa kami mengatasi kendala China saat ini yang mendefinisikan dirinya sebagai negara berkembang," sambungnya.

Pada bulan Februari, pemerintahan Trump menghapus beberapa negara termasuk China dari daftar negara berkembang AS, sehingga memudahkan Washington untuk menyelidiki apakah negara-negara tersebut secara tidak adil mensubsidi ekspor. (Reuters)

TERKINI
Narkoba, Selebgram Chandrika Chika Cs Dikirim ke Lido untuk Rehabilitasi 50 Musisi Akan Ramaikan Jakarta Street Jazz Festival 2024, Ada Tompi sampai Andien Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina untuk Ganggu Pasokan Senjata AS Rilis 11 Album, Musik Taylor Swift Dikritik Vokalis Pet Shop Boys Mengecewakan