Sosiolog: Covid-19 Munculkan Pertentangan Masyarakat New Normal vs Habitus

Selasa, 19/05/2020 09:58 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Sosiolog dari Iniversitas Indonesia, Sosiolog dari Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine, S.Sos., M.Soc.Sci mengingatkan, dampak Covid-19 tidak bisa dibilang sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.

"Dampak Covid-19 meliputi aspek struktural, kultural, dan juga aspek prososial masyarakat. Sangat kompleks dan tidak normal," ujar Daisy Indira Yasmine dalam diskusi online yang digelar Indonesian Public Institute (IPI) bertema "Implikasi Pandemi COVID-19 Dalam Perspektif Sosial, Ekonomi, Politik, Hukum dan Keamanan", Senin (18/5/2020) malam.

Diskusi itu menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Dr. Yustinus Prastowo (Staf Khusus Menteri Keuangan), Prof.Muradi, Ph.D (Penasehat Ahli Kapolri), Stanislaus Riyanta (Pakar Intelijen dan Keamanan UI), Pahala Nainggolan (Deputi Bidang Pencegahan KPK), Direktur Eksekutif IPI Karyono Wibowo, serta moderator Dinnur Garista W (Sekjen DPP Persaudaraan Pemuda Etnis Nusantara).

Pada aspek struktural, jelas Daisy, Covid-19 membuat kesenjangan sosial makin lebar, Pemutusan Hunungan Kerja (PHK) di mana-mana, kalangan miskin baru bertambah, masyarakat miskin semakin miskin, sarana produksi terhenti, sedangkan pola hidup konsumtif meningkat.

"Kemudian dalam aspek kultural juga sangat terasa. Sebab Covid-19 ini melahirkan new normal dalam kehidupan kita," papar Daisy.

Ia menyontohkan pola interaksi masyarakat akan berubah, jarak interaksi antar orang harus 1,5 sampai 2 meter, sarana publik seperti transportasi seperti pesawat, bus, kereta api semua harus menyesuaikan.

"Kabar baiknya adalah, Covid-19 ini membuat kesadaran terhadap kebersamaan dan pola hidup bersih di masyarakat semakin meningkat," jelas Daisy.

Hanya saja, kata Daisy, terjadi pertentangan di tengah-tengah masyarakat. Yakni antara masyarakat yang siap dalam kehidupan New Normal dengan masyarakat yang Habitus, memegang teguh adat dan pola kebiasaan sebelum Covid-19. Sebab secara umum, Daisy menilai masyarakat Indonesia sangat memegang kultur dan budaya.

"Misalnya kebijakan soal larangan mudik lebaran. Sangat sulit sekali melakukan ini karena berkumpul dengan keluarga di saat lebaran sangat dipegang teguh masyarakat kita," jelasnya.

Satu hal lagi, Daisy menyebut Covid-19 berdampak pada literasi digital masyarakat yang semakin meningkat. Namun di sisi lain potensi cyber crime pun semakin banyak.

Adapun terkait aspek Prososial, Daisy mengatakan Covid-19 membuat rasa solidaritas sosial masyarakat meningkat. Publik makin suka hidup saling membantu.

Dalam diskusi online itu, Daisy menyoroti lemahnya sistem data pemerintah. Padahal lantaran kelemahan data inilah pelaksanaan kebijakan jadi amburadul.

"Maka pendataan dari tingkat RT/RW harus dikuatkan. Sebab melakukan pendataan dari level mikro masyarakat jauh lebih mudah dan efektif dibanding pendataan secara makro," jelas Daisy.

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2