Trump "Ancam" China soal Virus Corona

Senin, 20/04/2020 06:11 WIB

Washington, Jurnas.com - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memperingatkan, China akan menghadapi konsekuensinya jika secara sadar bertanggung jawab atas pandemi virus corona (COVID-19).

"Itu bisa saja dihentikan di China sebelum dimulai dan tidak membuat dunia menderita karenanya," kata Trump dalam briefing harian Gedung Putih pada Senin (20/4).

"Jika itu adalah kesalahan, kesalahan adalah kesalahan. Tetapi jika mereka secara sadar bertanggung jawab, ya, maksud saya, maka pasti ada konsekuensi," tambahnya.

Trump mengatakan, virus corona bisa terjadi akibat sebuah kesalahan yang keluar dari kendali atau dilakukan dengan sengaja. "Ada perbedaan besar di antara keduanya," kata Trump.

Virus corona yang menyebabkan penyakit pernapasan yang dikenal sebagai COVID-19, pertama kali muncul di kota Wuhan di Cina akhir tahun lalu, yang secara bertahap mempengaruhi seluruh dunia.

Virus sejauh ini telah menginfeksi lebih dari 2.386.478 orang di seluruh dunia, dan lebih dari 164.049 telah meninggal, menurut hitungan yang berjalan oleh worldometers.info.

Trump telah berulang kali mencoba menhubungkan virus yang mematikan tersebutu dengan China. Pasangan Melania itu beberapa kali menyebutnya sebagai "Virus China" atau "Virus Wuhan."

Trump dan jajarannya menuduh Beijing kurang transparan tentang penyebaran virus itu. Ia juga menangguhkan bantuan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menuduhnya sebagai "China-sentris."

Para analis mengatakan, Trump yang kembali berjuang pada Pilpres AS pada November, sedang berusaha memilih Beijing untuk membantu membelokkan kekurangan dari tanggapannya sendiri terhadap pandemi.

Trump mendapat kecaman atas penanganannya terhadap krisis, karena AS telah menjadi negara yang paling terpukul di dunia dengan 748.209 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan 39.856 kematian.

Sementara itu, Deborah Birx, koordinator gugus tugas virus corona Gedung Putih mempertanyakan data China, mengatakan tingkat kematian negara itu per 100.000 orang jauh di bawah negara-negara Eropa dan AS.

Ia juga menyebut angka China tidak realistis dan mengatakan Negeri Tirai Bambu memiliki kewajiban moral untuk memberikan informasi yang kredibel.

Pada Minggu (19/4), China melaporkan hanya 16 kasus virus korona baru yang dikonfirmasi, jumlah terendah sejak 17 Maret dan turun dari 27 hari sebelumnya. Tidak ada kematian baru yang dilaporkan.

Birx lebih lanjut memuji negara-negara Eropa karena memperingatkan AS akan keseriusan virus, termasuk dampaknya yang signifikan pada orang-orang dengan gejala kesehatan yang mendasarinya.

TERKINI
Anak Buah Arne Slot Bakal Menyusul Gabung Liverpool Unggah Foto Dirinya Menangis, Instagram Justin Bieber Diserbu Penggemar Mitsubishi Fuso Dukung Jambore Canter Mania di Jambi Gara-gara Masalah Pita Suara, Jon Bon Jovi Anggap Shania Twain Adiknya