Rabu, 12/02/2020 10:02 WIB
Teheran, Jurnas.com - Kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) Ali Akbar Salehi mengatakan, Teheran sangat terbuka untuk membahas program nuklirnya, tetapi tidak akan tunduk pada tekanan.
Begitu kata Salehi selama pertemuan dengan direktur jenderal baru dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, di Wina, Selasa (11/2).
"(Iran) Hubungan dengan IAEA sangat baik dan didasarkan pada saling pengertian, dan sebagai otoritas internasional, organisasi ini dan keputusannya tidak boleh dipengaruhi oleh kecenderungan politik," kata Salehi.
Salehi juga menggarisbawahi bahwa Iran menyambut baik negosiasi terkait kesepakatan tersebut tetapi tidak akan membuat keputusan apa pun di bawah tekanan.
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
Dwayne Johnson Rahasiakan Pilihannya untuk Pilpres 2024 AS Mendatang
Film Badarawuhi Di Desa Penari Tayang di USA, Ini Harapan Produser Manoj Punjabi
Sementara itu, Grossi memuji kerja sama Iran dengan organisasi internasional di berbagai bidang dan menuntut agar Republik Islam terus melanjutkan kerja sama yang konstruktif dengan IAEA seperti di masa lalu.
Teheran dan enam kekuatan utama dunia, Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, China, Rusia, dan Jerman menandatangani perjanjian nuklir, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada 2015, diratifikasi dalam bentuk dari resolusi Dewan Keamanan PBB.
Namun Presiden AS, Donald Trump, secara sepihak menarik Washington keluar dari JCPOA pada Mei 2018, dan mengeluarkan sanksi terberat terhadap untuk mencekik perdaganan minyak Iran.
Di bawah tekanan Washington, tiga penandatangan Eropa untuk JCPOA sejauh ini gagal melindungi kepentingan bisnis Teheran.
Mei lalu, Iran mulai secara bertahap mengurangi komitmennya di bawah JCPOA untuk membalas tindakan sepihak Washington tersebut.
Pada 5 Januari, Iran mengambil langkah kelima dalam mengurangi komitmennya, dan mengatakan tidak akan lagi mengamati batasan operasional pada industri nuklirnya, apakah menyangkut kapasitas dan tingkat pengayaan uranium, volume uranium yang ditimbun, atau penelitian dan pengembangan.
Iran mengatakan tindakan pembalasannya dapat dibalik begitu penandatangan Eropa menemukan cara praktis untuk melindungi perdagangan bersama dari sanksi AS.