Rabu, 05/02/2020 09:46 WIB
Washington, Jurnas.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan bertemu dengan para pejabat pembuat kebijakan pada akhir bulan ini, untuk membahas upaya pembatasan ekspor ke China serta perusahaan Huawei-nya.
Menurut dua sumber anonim, pertemuan yang dijadwalkan pada 28 Februari itu akan menuntaskan silang pendapat, setelah Departemen Perdagangan AS menarik aturan yang bertujuan mengurangi pengiriman stok ke Huawei Technologies di tengah tekanan balik dari Pentagon.
Dikutip dari Channel News Asia pada Rabu (5/2), pertemuan akan melibatkan pejabat tingkat tinggi dari Departemen Perdagangan, Pertahanan, Negara dan Energi, bertujuan untuk menyelesaikan perselisihan mengenai cara terbaik untuk menyikapi perusahaan China yang masuk daftar hitam.
Beberapa departemen di bawah pemerintahan Trump mendukung hubungan dagang yang erat dengan Beijing, sementara yang lain melihat China dan Huawei sebagai ancaman serius bagi keamanan nasional.
Genjot Penjualan di China, Toyota Gandeng Tencent
Toyota Kenalkan Dua Varian Mobil Listrik untuk Pasar China
31 Perusahaan China Jalin Kemitraan dengan 77 Kampus Vokasi
Departemen Perdagangan pada Mei tahun lalu menempatkan Huawei pada daftar hitam perdagangan, dengan alasan masalah keamanan nasional. Kebijakan itu memungkinkan pemerintah AS untuk membatasi penjualan barang-barang buatan Amerika kepada perusahaan dan sejumlah kecil barang-barang buatan luar negeri, yang mengandung teknologi AS.
Namun rancangan regulasi Departemen Perdagangan untuk memperluas kewenangannya memblokir pengiriman lebih banyak ke Huawei, dihalangi oleh oposisi dari Pentagon bulan lalu, atas kekhawatiran tentang bahaya pada kepentingan AS. Departemen Keuangan juga mendorong kembali terhadap langkah itu.
Reuters melaporkan, pada Desember lalu Departemen Perdagangan sedang menyelesaikan aturan untuk membatasi ekspor teknologi ke musuh, sementara Departemen Keuangan telah mengeluarkan aturan baru untuk meningkatkan pengawasan investasi asing di dalam negeri.
Keyword : Huawei Amerika Serikat China