Rabu, 13/11/2019 07:37 WIB
Teheran, Jurnas.com - Pemerintah Iran mengutuk campur tangan Amerika Serikat (AS) dalam urusan Bolivia serta tindakan gaya kudeta terhadap presiden resmi negara Amerika Selatan itu.
Presiden Amerika Selatan, Bolivia Evo Morales baru-baru ini dipaksa mengundurkan diri dan meninggalkan tanah air di bawah tekanan tentara di tengah protes berujung kekerasan pasca pemilu di negara itu.
"Setiap perubahan kuat dari pemerintah di luar kerangka hukum, khususnya yang disebabkan campur tangan asing, dikutuk dan tidak dapat diterima," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, Selasa (12/11).
Ia mengatakan, Iran percaya setiap perubahan kepemimpinan harus mencerminkan kehendak rakyat dan terjadi di kotak suara dalam kerangka hukum.
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
Dwayne Johnson Rahasiakan Pilihannya untuk Pilpres 2024 AS Mendatang
Film Badarawuhi Di Desa Penari Tayang di USA, Ini Harapan Produser Manoj Punjabi
Mousavi menyatakan harapannya, rakyat Bolivia dan berbagai kelompok politik akan memanfaatkan potensi politik dan hukum negara mereka mencapai solusi damai terhadap krisis yang ada, tanpa menggunakan turbulensi, kekerasan, dan pertempuran.
Presiden Morales memenangkan pemilihan presiden 20 Oktober di Bolivia. Namun pihak oposisi menolak hasilnya dan mengatakan ada kecurangan dalam proses pemilihan.
Hal itulah yang memicu protes, yang menewaskan tiga orang dan ratusan lainnya terluka. Tindakan ini disebut pemerintah Morales sebagai kudeta.
Morales menyerukan pemilihan ulang pada hari Minggu setelah sebuah laporan oleh Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) melaporkan penyimpangan dalam pemilihan tersebut.
Namun, tak lama setelah itu, Morales mengumukan, mengundurkan diri sebagai presiden menyusul seruan pemimpin militer dan polisi. Ia kemudian meninggalkan Bolivia ke Meksiko di bawah tekanan militer dan lawan politik.
Pengunduran diri mengejutkan Morales menuai kecaman dari pemerintah kiri Amerika Latin dan politisi terkemuka, banyak dari mereka menggemakan Morales dan menyebut perkembangan di Bolivia sebagai kudeta.