Nasib Jakarta Jika Ibukota Pindah? Megawati: Perlu Tim Khusus untuk Mengkaji

Kamis, 29/08/2019 07:35 WIB

Seoul, Jurnas.com - Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri menyarankan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membentuk tim yang bukan hanya membahas ibukota baru di Kalimantan Timur (Kaltim), namun juga bagaimana nasib Jakarta setelah tak lagi menjadi ibukota.

"Untuk saya, hal-hal yang sangat strategis penting ini harus didalami. Artinya bukan berarti hanya dengan omongan-omongan saja. Tapi harus dibentuk, saya enggak tahu, karena Presiden (Jokowi, red) yang harus membentuk. Apakah sebuah tim atau sebuah yang besar lagi, untuk bagaimana pendalaman memindahkan ibu kota," ujar Megawati menjawab wartawan usai makan malam di Seoul, Korea Selatan, Rabu (28/8/2019).

Megawati sudah pernah bicara soal kemungkinan mengambil model ibukota baru Indonesia dengan mencontoh negara lain. Misalnya Canberra di Australia, Washington DC di Amerika Serikat, atau Putra Jaya di Malaysia, atau contoh dari Laos.

"Nah hal-hal seperti ini saya kira, kita serius saja dengan pendalaman itu. Jadi tentu termasuk Jakarta. Apakah menjadi sebuah kota, apakah posisinya untuk ekonomi saja, sebagai kota perdagangan, itu kan mesti dikaji. Karena nanti ada kajian secara administrasi, teori, juga pelaksanaan di lapangan," ujarnya.

Megawati menyatakan itu semua bukan berarti sedang mengkritik Jokowi. Dia sama sekali bukan mengatakan tak setuju.

"Kritik itu boleh, tapi yang membangun. Saya tidak ada kritik. Saya, atau kata-kata saya, (tidak ada mengatakan-red) oh jangan atau tidak setuju. Beda loh. Saya mengatakan (pemindahan ibukota-red) itu hal yang positif. Kalau kita lihat Jakarta (sudah-red) terlalu crowded," papar Megawati.

Kata Megawati, ia hanya mendorong agar langkah ke depan lebih positif. Masalah Jakarta sangat banyak. Satu contoh saja kemacetan.

Dulu saat masih menjabat presiden, Megawati pernah meminta dilakukan studi soal jumlah kendaraan di Jakarta tahun 2025 dan jumlah panjang jalan yang harus dibangun.

"Ternyata tidak akan bisa menyusul antara jumlah kendaraan dengan panjang jalan," kata Megawati.

Ide-ide sudah banyak muncul. Dari mobil berbahan bakar bensi digantikan berbahan bakar gas. Bahkan kini muncul kendaraan dengan bahan bakar listrik.

"Menurut saya, itu harus segera diputuskan lalu pelaksanaannya bagaimana. Harus bisa mengimbangi, polusi (di Jakarta, red) yang katanya, kan malu ya, katanya udah paling tinggi lho," ungkap Megawati.

Itu baru satu masalah. Ada masalah lain seperti banjir. Intinya yang putri Bung Karno itu hendak dorong adalah agar ke depan semuanya dibuat berdasar tata ruang yang konsekuen dan komit dilaksanakan.

Dicontohkannya wilayah Karawang dan Bekasi yang oleh pihaknya selalu diminta untuk tak dijadikan wilayah perkotaan, namun tetap menjadi sentra padi. Sejak zaman Belanda, kata Megawati, daerah itu tak berani disentuh karena bisa berakibat politis.

"Hal-hal ini yang saya maksud sebagai pendalaman," pungkas Megawati.

TERKINI
Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh Milla Jovovich Ungkap Dirinya Pernah Jadi Baby Sitter Anak-anak Bruce Willis dan Demi Moore Akhirnya Britney Spears Benar-benar Bebas dari Ayahnya Setelah Konservatori Usai 2 Tahun Lalu Scarlett Johansson Dampingi Suaminya Colin Jost Jadi Penghibur di Gedung Putih