Genjot Inovasi, JK Minta Peneliti Tak Usah Malu Tiru China

Rabu, 28/08/2019 20:01 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mendorong peneliti dan perekayasa agar tidak cepat puas, dan terus mempelajari teknologi yang sudah mutakhir dari negara lain, untuk dikembangkan di Indonesia.

Pesan tersebut disampaikan Wapres JK kepada 2.000 stakeholder riset dan teknologi Indonesia, di tengah puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-24 di Denpasar, Bali.

"Apa yang baik dibanding tahun lalu, apa yang bersaing dengan negara-negara lain, itu salah satu cara kita memperingati (Kebangkitan Teknologi Nasional)," kata wapres dalam siaran pers yang diterima redaksi pada Rabu (28/8) di Jakarta.

"Sama dengan memperingati hari ulang tahun kita. Apa yang sudah saya buat? Apa lagi yang perlu saya buat?" lanjut dia.

Wapres menekankan, peneliti dan perekayasa di Indonesia tidak perlu malu untuk mempelajari teknologi terakhir dari negara lain, selama dalam proses pengembangan teknologi.

"China memiliki kemajuan teknologi yang sangat cepat. Pertama meniru, kedua memperbaiki, ketiga inovasi. Itu langkah-langkah yang dibuat oleh China dan juga Jepang pada waktu itu. Meniru, (kemudian) meningkatkan inovasi. Tidak ada negara yang bisa langsung maju. Karena itu (inovasi) tidak bisa dimulai dari nol," terang JK.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong perguruan tinggi mengembangkan Kawasan Sains dan Teknologi (KST) atau Science and Techno Park (STP).

KST nantinya berfungsi sebagai tempat untuk meneliti dan mempelajari inovasi, sekaligus menjadikan hasil inovasi tersebut bernilai komersial dan bermanfaat bagi masyarakat.

"Perguruan tinggi nanti harus punya Science and Techno Park. Tujuannya adalah para peneliti, inventor, dan inovator nanti menginkubasi (mengembangkan) hasil penelitiannya dengan industri melalui Techno Park tersebut. Kalau sudah mature, dia (hasil penelitian tersebut) dikeluarkan dari situ supaya melakukan bisnis di luar," ungkap Menristekdikti.

Menristekdikti mengungkapkan salah satu hasil penelitian dari STP yang sudah masuk ke industri, ialah hasil penelitian tentang stem cell dari Universitas Airlangga yang diproduksi massal oleh PT Phapros, anak perusahaan salah satu BUMN, PT Kimia Farma.

"Stem cell untuk facial, untuk muka sekarang sudah diproduksi oleh Perusahaan Phapros, yang hasil penelitian dari Universitas Airlangga di Surabaya. Berapa total omzetnya sekarang? Sudah ratusan milyar. Ini yang kita dorong terus, hasil inovasi perguruan tinggi," ungkap Menteri Nasir.

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2