Kamis, 22/08/2019 11:44 WIB
Moskow, Jurnas.com - Rusia dan China meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk bertemu menyusul pernyataan pejabat Amerika Serikat (AS) Yang berencana mengembangkan dan menggunakan rudal jarak menengah.
Moskow dan Beijing akan melakukan pertemuan dengan 15 anggota DK PBB di bawah agenda "ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional".
Kedua negara akan meminta kepala urusan pelucutan senjata PBB, Izumi Nakamitsu untuk memberi pengarahan terkait keputusan Washington yang ingin menggunakan rudal jarak menengah.
Sebelumnya, Departemen Pertahanan AS mengumumkan sudah menguji coba rudal jelajah yang dikonfigurasikan secara konvensional yang mencapai target setelah lebih dari 500 km terbang.
Pasukan Ukraina di Dekat Chasiv Yar yang Terkepung Disebut Sangat Membutuhkan Amunisi
Khawatir Sanksi AS, Bank Besar China Batasi Pembayaran Transaksi Perusahaan ke Rusia
Pekan Ini China Bakal Luncurkan Misi Bulan Selama 53 Hari
Uji coba ini merupakan pertama kali sejak Donald Trump mengeluarkan Gedung Putih dari Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah-Jangka Menengah Perang Dingin ( INF).
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, menyampaikan bahwa uji coba tersebut ditujukan kepada China, Rusia atau Korea Utara. Namun tes itu lebih dititikberatkan kepada China.
"Kami ingin memastikan bahwa kami, sebagaimana kami perlu, memiliki kemampuan untuk mencegah perilaku buruk Tiongkok dengan memiliki kemampuan kami sendiri untuk dapat menyerang pada jarak menengah," katanya.
Esper mengatakan pada kunjungannya ke Australia bulan ini mengaku Canberra mendukung penyebaran rudal jarak menengah yang diluncurkan di Asia dalam waktu relatif cepat.
Esper juga menyinggu tentang kegagalan uji roket di Rusia bulan ini yang menurut para pejabat AS dikaitkan dengan program rudal jelajah hipersonik Kremlin.
"Jelas mereka berusaha memperluas persenjataan nuklir strategis mereka untuk berurusan dengan Amerika Serikat," katanya, menambahkan, semua senjata baru semacam itu harus dimasukkan dalam perjanjian pengurangan senjata strategis di masa depan.
"Saat ini Rusia kemungkinan memiliki ujung nuklir. Rudal jelajah INF-menghadap ke Eropa, dan itu bukan hal yang baik," katanya.