Karyawan Desak Google Hentikan Bekerja Sama dengan Agen Perbatasan AS

Kamis, 15/08/2019 15:20 WIB

Washington, Jurnas.com - Lebih dari 350 karyawan Google menulis surat terbuka kepada perusahaan, menuntut Google tidak bekerja dengan USCustoms and Border Patrol (CBP) karena perlakuannya terhadap para migran di perbatasan selatan negara itu.

Surat, yang ditulis oleh 365 karyawan Google dan 35 orang lainnya pada Rabu (14/8) juga menuntut perusahaan untuk tidak bekerja dengan Immigration and Customs Enforcement (ICE) dan Office of Refugee Resettlement (ORR), yang menuduh ketiga agen melanggar HAM.

"Kami menuntut agar Google secara terbuka berkomitmen tidak mendukung CBP, ICE, atau ORR dengan infrastruktur, pendanaan, atau sumber daya rekayasa apa pun, langsung atau tidak langsung, hingga mereka berhenti terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia," bunyi surat.

"(Mereka) mengurung dan melukai para pencari suaka, memisahkan anak-anak dari orang tua, menahan para pengungsi dan warga AS secara ilegal, dan melakukan sistem pelecehan dan penelantaran memfitnah yang telah menyebabkan kematian setidaknya 7 anak di kamp-kamp tahanan," tambahnya.

"Pelanggaran ini ilegal berdasarkan hukum hak asasi manusia internasional, dan tidak bermoral dengan standar apa pun," sambungnya.

Surat itu ditulis mengikuti rencana CBP untuk menemukan perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan cloud computing yang sangat besar.

Google adalah salah satu penyedia komputasi awan terbesar di dunia.

"Dalam bekerja dengan CBP, ICE, atau ORR, Google akan memperdagangkan integritasnya untuk sedikit keuntungan, dan bergabung dengan garis keturunan yang memalukan," bunyi surat tersebut.

"Kami hanya perlu melihat peran IBM yang bekerja dengan Nazi selama Holocaust untuk memahami peran yang dapat dimainkan teknologi dalam mengotomatisasi kekejaman massal," tambahnya.

Selama Perang Dunia II, perusahaan komputer AS IBM menjual mesin kartu punch yang digunakan o
Pemrintah Nazi Jerman untuk mengatur lebih baik deportasi massal dan pembunuhan di kamp konsentrasi.

"Sejarah sudah jelas: waktu untuk mengatakan TIDAK sekarang. Kami menolak untuk terlibat. Tidak masuk akal bahwa Google, atau perusahaan teknologi lainnya, akan mendukung agen yang terlibat dalam kandang dan menyiksa orang yang rentan," kata karyawan Google.

"Dan kita tidak sendirian - dunia mengawasi dan fakta-faktanya jelas. Kami berdiri bersama para pekerja dan pendukung di seluruh industri yang menuntut agar industri teknologi menolak untuk menyediakan infrastruktur bagi kekejaman massal," tambahnya.

TERKINI
Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya di Kasus Narkoba CERI Laporkan Aspidum Kejati Jawa Timur ke Jaksa Agung Atas Dugaan Ini Gelora Cap PKS sebagai Pengadu Domba: Tolak Gabung Koalisi Prabowo-Gibran Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa