China Desak AS Sudahi Tekanan Maksimum di Iran

Selasa, 30/07/2019 08:12 WIB

Beijing, Jurnas.com - Kementerian Luar Negeri China, kembali mendesak Amerika Serikat (AS) agar menyudahi tekanan maksimum yang menyasar Iran, dan berhenti menghalangi implementasi perjanjian nuklir 2015 antara Republik Islam dan negara-negara lain.

AS meninggalkan perjanjian, yang secara resmi disebut Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), Mei lalu. Anggota pakta yang masih tersisah Inggris, Prancis, Rusia, China, dan Jerman sudah diratifikasi dalam bentuk resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB)

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan, memastikan implementasi JCPOA yang penuh dan efektif adalah persyaratan DK dan satu-satunya pendekatan yang hidup dan efektif untuk mengurang eskalasi.

Saat diminta berkomentar soal tentang proses pertemuan yang baru-baru ini diadakan di Wina di antara para anggota JCPOA yang masih tersisah, Hua mengatakan, "delegasi China yang dipimpin oleh pejabat dengan Departemen Kontrol Senjata menghadiri pertemuan itu.

Menurut Hua, pihak China meminta semua pihak untuk tetap tenang dan menahan diri, mempromosikan pelonggaran ketegangan saat ini, dan menyelesaikan perbedaan dalam kerangka pertemuan Komisi Gabungan JCPOA.

Pada pertemuan tersebut, para anggota pakta kominten terhadap JCPOA, dan menegaskan kembali penentangan sanksi sepihak AS dan yurisdiksi bersenjata panjang untuk menghalangi implementasi perjanjian nuklir negara lain.

Sementara itu, Republik Islam  menyebut pertemuan pertemuan di Wina sangat konstruktif.

Iran berulang kali mengatakan tidak ingin jadi negara satu-satunya yang mematuhi perjanjian tersebut, sementara anggota pakta lainnya mengabaikan hak Teheran, termasuk kepentingan bisnisnya, dibawah perjanjian tersebut.

TERKINI
Rusia Gunakan Hampir 70 Bom Udara, Ukraina Hanya Bisa Mengusir dengan Jatuhkan 13 Drone Dikepung Drone dan Polisi, Pemerintah AS Bungkam Aksi Mahasiswa Pro-Palestina Tersangka Gembong Kejahatan Dunia Maya asal Rusia Hadapi Persidangan di California Protes Mahasiswa anti-Perang di AS dan Penggerebekan Polisi Kacaukan Rencana Kelulusan