Tingkatkan SDM Tenaga Kerja, PKB Usul Bentuk Dewan Vokasi Nasional

Senin, 22/07/2019 16:03 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Tekad presiden terpilih Jokowi untuk fokus pada peningkatan sumber daya manusia (SDM) di periode kedua nanti sudah tepat. Namun, hal itu harus diikuti dengan penataan kelembagaan, perencanaan kebutuhan tenaga kerja dan pelibatan secara penuh dunia usaha sebagai user atau pengguna.

Demikian disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB, Dita Indah Sari, kepada wartawan, Jakarta, Senin (22/7). Menurutnya, percuma mahal-mahal keluar uang buat melatih, kalau pada akhirnya tidak diserap industri karena skill-nya tidak cocok. Belum lagi, menurut kalangan dunia usaha bahwa sebanyak 50-70 persen lulusan S1 tidak siap kerja.

"Menurut saya menjadi kebutuhan nasional untuk dibentuk semacam Dewan Vokasi Nasional, sebuah lembaga pemerintah non departemen. Fungsi utamanya adalah mengatur seluruh perencanaan kebutuhan tenaga kerja. Profesi apa saja yang dibutuhkan, berapa jumlahnya, kapan, dimana, bagaimana jenis kompetensinya, bagaimana sertifikasinya," kata Dita.

Menurut Dita, selama ini banyak kementerian punya anggaran pelatihan dan balai latihan sendiri. Namun, perencanaan penggunaan anggaran itu tergantung keinginan masing-masing kementerian saja, bukan hasil dari perencanaan kebutuhan bersama yang terpadu.

"Dewan atau Badan Vokasi ini tidak mengelola anggaran pelatihan. Anggaran itu bisa tetap di kementerian masing-masing. Namun alokasinya harus sesuai dengan kebutuhan nasional yang direncanakan secara terpadu. Jangan sampai yang dibutuhkan user apa, yang dilatih apa. Dewan Vokasi juga full melibatkan para user/dunia usaha dalam perencanaan dan eksekusinya," terangnya.

"Jadi tekad presiden jokowi perlu dicarikan pola koordinasi yang pas, melalui Dewan Vokasi. Dan badan ini nantinya ada di bawah koordinasi Menko Perekonomian, bukan Menko PMK. Kenapa? Karena soal kompetensi SDM adalah soal employment, soal lapangan kerja, soal produktivitas. Masalah sosial itu eksesnya saja," kata Dita.

Kata Dita, berdasarkan data BPS terdapat 55 juta orang yang sekolahnya hanya sampai SD, bahkan tidak tamat. Sehingga, tidak heran tingkat literasi anak-anak di bawah rata-rata 72 negara lain.

"Jangan tanya lagi soal kemampuan sains dan matematika, wong kemampuan baca saja rendah, walaupun tidak buta huruf. Kalau negara tidak intervensi habis-habisan melatih mereka, semua harapan revolusi digital, 4.0 dan sejenisnya ya susah kesampaian," demikian Dita.

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2